Ciri Khas Suku Sunda, Sejarah dan Asal-Usul Serta Budayanya

SUNDA: Suku Sunda merupakan suku yang pada umumnya mendiami pulau Jawa, bagian barat. (Tangkapan layar google maps/koranrb.id)--

BACA JUGA:Menilik 5 Suku Asli Di Kepulauan Riau, Salah Satunya Suku Hutan, Beserta Keunikan Adat Istiadatnya

Puncaknya, pada saat Parahyangan jatuh ke dalam kekuasaan Mataram Islam, dimana kala itu dipimpin Sultan Agung Hanyokrokusumo, pengaruh budaya Jawa terhadap Sunda sangat terasa. 

Mulai dari bahasa Sunda yang sebelumnya mempunyai persamaan derajat (egaliter) kemudian menjadi bahasa yang mengenal tingkatan bahasa. 

BACA JUGA:Melihat Suku Laut, Salah Satu Suku Asli di Kepulauan Riau hingga Tradisi Uniknya

Dalam seni budaya, seperti wayang golek diadaptasi dari kesenian wayang kulit dari Jawa. Bersamaan dengan itu juga sejak Mataram menguasai Parahyangan, maka gamelan masuk ke kebudayaan Sunda di Parahyangan. 

Selain hal tersebut, masih banyak lagi bukti pengaruh budaya Jawa seperti baju tradisional Sunda dalam pernikahan, dan lain sebagainya. 

BACA JUGA:Keberadaan Suku Gaib di Indonesia, Salah Satunya Adalah Suku Paloh, Ada yang Bisa Terbang

Namun demikian, disebelah barat Parahyangan terdapat pula Kesultanan Banten yang berkembang sebagai kerajaan modern pada masanya. 

Dimana kerajaan tersebut mempunyai jalur perdagangan dengan bangsa-bangsa asing. Dengan gigih kerajaan Banten dibawah Sultan Ageng Tirtayasa berjuang untuk mengusir bangsa Barat di Nusantara.

BACA JUGA:Menilik 5 Suku Yang Ada di Kepulauan Bangka Belitung, Sejarah dan Adat Istiadatnya Yang Unik

Dalam sistem kebudayaan, adapun kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan oleh Belanda dimulai di tahun 1830 Masehi. 

Dimana kesalahan politik tersebut disebut sebagai Sistem Budaya (Cultuurstelsel), namun sebenarnya lebih tepatnya jika disebut sistem perbudakan. 

BACA JUGA:Kenali 2 Suku di Provinsi Lampung Ini, Sejarah hingga Kebiasaan Adatnya

Sistem tersebut mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah tersebut. 

Adapun sistem budaya tersebut memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru, seperti gula, kopi, serta teh, maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan