Jalan Puguk–Lubuk Resam Dibangun 2026, BPJN Ambil Alih Pelaksanaan
JALAN : Kondisi jalan dari Desa Puguk Menuju Lubuk Resam masih tanah kuning dan sulit dilalui kendaraan. --FIKI/RB
SELUMA – Bupati Seluma, Teddy Rahman, memastikan bahwa pembangunan ruas jalan kabupaten yang menghubungkan Kelurahan Puguk hingga Desa Lubuk Resam akan mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran (TA) 2026.
Proyek tersebut akan ditangani langsung oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Provinsi Bengkulu. Bupati menjelaskan, pembangunan jalan ini sebenarnya sudah direncanakan sejak 2025.
Namun, karena proses administrasi dan waktu yang semakin sempit menjelang akhir tahun, pelaksanaan terpaksa diundur. Pemkab Seluma kemudian mengajukan usulan resmi ke Kementerian PUPR dan BPJN untuk mengambil alih pengerjaan jalan tersebut sebagai solusi dari efisiensi anggaran daerah.
“Ruas jalan dari Puguk menuju Lubuk Resam sudah disetujui BPJN untuk dibangun pada 2026. Tahun 2025 tidak memungkinkan karena waktunya sudah sangat mepet. Maka pelaksanaan baru bisa dimulai tahun depan,” ujar Bupati kepada RB, Selasa 9 Desember 2025.
BACA JUGA:Kesbangpol Pastikan Tidak Ada Aliran Sesat di Seluma
Selain proyek jalan, BPJN juga menyatakan kesiapan untuk menangani pembangunan jembatan di Desa Simpang, Kecamatan Seluma Utara.
Jembatan tersebut menjadi akses penting bagi masyarakat dan selama ini masuk daftar prioritas Pemkab Seluma. Pengerjaannya juga dijadwalkan dimulai tahun 2026 bersamaan dengan proyek jalan.
Untuk memperbaiki jembatan di Desa Simpang, Pemkab Seluma menerima dukungan pendanaan tambahan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Bupati mengungkapkan bahwa Pemerintah Kabupaten menerima CSR dari Pertamina pusat senilai Rp 365 juta dan dari Bank Bengkulu sebesar Rp 35 juta.
“Dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan awal jembatan di Desa Simpang,” ucapnya.
Sementara itu, Salah seorang warga Desa Lubuk Resam, Saripudin (60), mengungkapkan bahwa warga hanya berharap pemerintah segera turun tangan.
Menurutnya, jalan tersebut menjadi urat nadi perekonomian desa karena menjadi jalur utama pengangkutan hasil pertanian masyarakat.
“Kami tidak menuntut muluk-muluk, cukup dikoral dulu saja. Karena kalau dibiarkan, jalan ini makin rusak dan tidak bisa dilewati sama sekali. Sekarang saja kalau hujan, motor sering terjebak di lumpur,” keluhnya.
Hal senada disampaikan Ujang (45), warga Desa Sinar Pagi. Ia menuturkan bahwa selain menghambat aktivitas ekonomi, kondisi jalan berlumpur juga membahayakan keselamatan pengguna jalan.
“Sudah beberapa kali kendaraan tergelincir karena permukaan jalan licin dan berlumpur. Kalau dibiarkan terus, bisa menimbulkan kecelakaan,” ujarnya.