Kasih Tak Sampai Pierre Tandean-Rukmini, Sudah Tetapkan Bulan Pernikahan
Pierre Andreas Tendean dan Rukmini. Sumber foto: Dipartemen Dikbud 1983/RB--
Mitzi meyakinkan bahwa kegagalan adiknya dalam Fakultas Kedokteran UI bukan karena kurang kemampuan, melainkan karena Pierre memilih untuk tidak mengerjakan soal ujian tes tersebut.
Selama menempuh pendidikan sebagai taruna, Pierre dikenal karena disiplin dan ramah, sehingga disenangi oleh teman seangkatannya, senior, maupun junior. Jiwa kepemimpinan yang dimilikinya membuat Pierre dipilih sebagai Wakil Ketua Senat Korp Taruna.
Pada tahun 1963, Letnan Dua Pierre Tendean bertugas sebagai Komandan Peleton Batalyon Tempur 2, Kodam II Bukit Barisan di Medan. Bertugas di Medan, inilah awal mula Pierre bertemu dengan pujaan hatinya.
Pierre, yang saat itu tidak sedang dinas, diajak temannya berkunjung ke rumah Pak Chaimin, seorang tokoh terpandang di Medan. Kunjungan ke rumah tersebut menjadi berkesan karena Pierre berjumpa dengan putri Pak Chaimin, Rukmini.
Meskipun dikenal cuek dan banyak digandrungi gadis-gadis semasa menjadi taruna, Pierre menjadi tertarik kepada Rukmini.
Ketertarikan itu muncul karena sikap Rukmini yang lemah lembut, pemalu, dan tutur katanya yang sopan.
Rukmini jatuh hati kepada Pierre bukan hanya karena ketampanannya, melainkan juga karena sikap humoris dan kecerdasannya.
BACA JUGA:Salat Sunnah Memohon Rizki: Laksanakan Salat Dhuha, Begini Caranya
Pergaulan mereka semakin dekat dari hari ke hari, berlanjut kejenjang yang lebih serius.
Di saat libur, Pierre selalu menemui kekasihnya, Rukmini. Namun, kisah cinta mereka sempat terhalang oleh ketidakrestuan orang tua karena perbedaan agama.
Kebersamaan pasangan ini pun harus terpisah ketika Pierre mendapatkan panggilan untuk sekolah intelijen dan ditugaskan ke operasi Dwikora.
Setelah berhasil menamatkan pendidikan intelijen, Pierre ditugaskan dalam operasi Dwikora. Ia memimpin pasukan relawan untuk melakukan penyusupan ke wilayah Malaysia sesuai dengan Surat Perintah No.507/11/1963, di mana ia diperbantukan ke Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat.
Dengan tugas Pierre di garis depan, sang ibu, Nyonya Cornet M.E., merasa cemas akan keselamatan anak laki-lakinya yang satu-satunya. Nyonya Cornet M.E., yang merupakan sahabat dekat dari mertua Jenderal Nasution yang saat itu menjabat Menko Hankam, mencoba mengajukan penarikan tugas bagi anaknya.
Permohonan ibu Pierre kepada Mayjen Dendi Kadarsan, yang sudah mengenal Pierre sejak menjadi taruna, dikabulkan.