Teror Harimau Masih Berlangsung, APH Harus Usut Pejabat Pemilik Sawit Ilegal di Hutan Mukomuko
Meski perangkap harimau sudah dipasang, namun sampai sekarang tak kunjung buahkan hasil. --firmansyah/rb
KORANRB.ID - Meskipun telah dilakukan pengepungan oleh beberapa desa, serta pemasangan perangkap oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu.
Hingga Senin, 13 Januari 2024 harimau Sumatera yang kehilangan habitat, dan memangsa warga Desa Tunggal Jaya Kecamatan Teras Terunjam belum berhasil dievakuasi masih berada di wilayah Kecamatan Air Dikit yang berada di wilayah pesisir.
Berdasarkan data terhimpun RB, harimau Sumatera yang terkatagori Apendix l atau hewan terancam punah ini turun dari kawasan hutan memasuki Area peruntukan lain (APL) yang merupakan kebun masyarakat pada 8 Januari 2025 lalu dan memangsa 1 orang warga.
Untuk wilayah APL tersebut satu hamparan dengan kawasan Hutan Produksi (HP) Air Manjunto, Hutan Produksi Konservasi (HPK) Air Manjunto, dan HP Air Ipuh.
BACA JUGA:Isu SK ASN Penyetaraan Fungsional Hanya Diterbitkan Sebagian, Ini Kata BKD
BACA JUGA:Bangun Marka Jalan, Dishub Kota Bengkulu Siapkan Rp482 Juta
Diketahui hampir dari setengah kawasan hutan tersebut sudah dirambah berubah menjadi perkebunan sawit ilegal.
Adapun pejabat dan mantan pejabat di Mukomuko yang diduga memiliki perkebunan sawit di kawasan hutan dengan luasan yang cukup fantastis di atas 50 ha. BS miliki kebun di HP Air Rami.
Kemudian di HPT Air Ipuh l ada WH, AG, dan RHD. Beralih ke HPT Air Ipuh ll ada ZHR, RSD, dan KR. Selanjutnya di HP Air Teramang ada WR, SDN, dan NM. Kemudian di HPT Air Manjunto ada AMH.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari mengatakan, pihaknya masih terus menurunkan tim untuk mengevakuasi harimau yang terus bergerak tersebut. Sudah 3 perangkap dipasang namun memang belum mendapatkan hasil. Karena harimau ini terus bergerak.
BACA JUGA:Dukung Program Nasional, Pemkot Bengkulu Tanam Jagung di Kelurahan Tanjung Agung
BACA JUGA:Nasib Honorer Pemprov Bengkulu Masih Menggantung, BKD: Baru 27 OPD Sampaikan Hasil Evaluasi
“Tim BKSDA di bantu TNI Polri dan masyarakat terus berupaya mengevakuasi harimau, agar tidak terjadi interaksi negatif lagi,”sampainya.
Said menjelaskan, untuk jarak lokasi kejadian pertama harimau muncul dengan pemukiman warga sekitar 6 kilometer. Lokasi kejadian itu merupakan habitat dari harimau Sumatera sebelumnya. Yang merupakan kawasan hutan negara dan saat ini sudah berubah menjadi perkebunan sawit, karet dan perkebunan lainnya.