Turki Deklarasikan Israel Penjahat Perang, Staf MER-C Indonesia Sempat Dinyatakan Hilang

--

JALUR GAZA, KORANRB.ID – Israel menarik para diplomatnya dari Turki. Hal itu disebabkan pidato Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam aksi mendukung Palestina yang berlangsung Sabtu (28/10). Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menyatakan bahwa pihaknya akan meninjau kembali hubungan diplomatik dengan Turki.

 

Israel panas karena Erdogan menyebut mereka bertindak layaknya penjahat perang dan berusaha memusnahkan penduduk Palestina. Pemimpin 69 tahun itu menegaskan bahwa setiap negara berhak membela diri, termasuk Israel. Namun, tidak ada keadilan dalam kasus di Jalur Gaza. Yang ada hanyalah pembantaian keji.

BACA JUGA:Dewan Pertanyakan Program Unggulan Bupati Tahun 2024

 

’’Israel secara terbuka telah melakukan kejahatan perang selama 22 hari, namun para pemimpin Barat bahkan tidak bisa menyerukan kepada Israel untuk melakukan gencatan senjata, apalagi bereaksi terhadapnya,’’ tegas Erdogan seperti dikutip BBC. ’’Kami akan mendeklarasikan kepada dunia bahwa Israel adalah penjahat perang,’’ tambahnya.

 

Kepala Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional Karim Khan mengatakan, penyelidikan yang dibuka pada 2021 terhadap dugaan kejahatan di wilayah Palestina juga dapat memasukkan tuduhan kejahatan perang dari perang Israel-Hamas saat ini. Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki telah mengirimkan bukti-bukti kejahatan perang yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu.

BACA JUGA:2024, Honorer Dihapuskan, Pemkab Siapkan Tenaga Outsourcing

 

Situasi di Jalur Gaza saat ini memang mengerikan. Rata-rata 200–400 bom dijatuhkan Israel setiap hari. Itu membuat banyak flat yang menjadi permukiman penduduk rata dengan tanah. Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas menyebutkan, penduduk di Jalur Gaza tengah menghadapi perang genosida. Situasi itu menjadi ironi saat dunia ikut melihatnya.

 

Hingga kemarin (29/10), total korban jiwa di Jalur Gaza saja sudah mencapai 8.005 orang. Angka itu didominasi perempuan dan anak-anak. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah mengebom setidaknya 450 titik di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir. Jalur komunikasi juga sempat terputus.

BACA JUGA:Dana TKD BU Mencapai 1,2 Triliun

 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa kampanye darat di Jalur Gaza akan terus dilanjutkan. Menurut dia, ini akan menjadi perang yang panjang dan berat. ’’Ini adalah perang tahap kedua yang tujuannya jelas, yaitu menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas serta memulangkan para sandera,’’ ujarnya seperti dikutip Haretz.

 

Kemarin IDF kembali menyebar peringatan agar penduduk sipil mengungsi ke wilayah selatan. Palang Merah Palestina juga menerima peringatan agar Rumah Sakit Al-Quds di Jalur Gaza ikut dievakuasi. Pemimpin WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan kekhawatirannya akan perintah Israel tersebut.

 

’’Kami tegaskan kembali, tidak mungkin mengevakuasi rumah sakit yang penuh dengan pasien tanpa membahayakan nyawa mereka,’’ tegasnya.

BACA JUGA:Masih Seleksi, Pemkab Sudah Siapkan Rp 62 Miliar

 

Di pihak lain, ribuan orang memaksa masuk ke gudang PBB dan mengambil bahan makanan dan barang-barang kebutuhan dasar lainnya. Salah satu yang dijarah adalah gudang Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Kota Deir al-Balah.

 

 ’’Ini adalah tanda yang mengkhawatirkan bahwa tatanan sipil mulai rusak setelah tiga minggu perang dan pengepungan ketat di Gaza. Masyarakat ketakutan, frustrasi, dan putus asa,” ujar Thomas White, direktur urusan UNRWA di Jalur Gaza.

 

Sementara itu, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sempat melaporkan tiga relawannya asal Indonesia dan staf lokal hilang kontak di wilayah Gaza sejak Jumat (27/10). Mereka tak dapat dihubungi sejak pukul 14.00 WIB.

 

Kepala Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengatakan, ada lima orang yang tak bisa dihubungi. Sebelum hilang kontak, tiga relawan diketahui berada di sekitar rumah sakit di wilayah Gaza. Sementara itu, dua orang lainnya tidak diketahui pasti lokasi persisnya.

BACA JUGA:Masih Ada 4.800 Rumah Tak Layak Huni di BU

 

Setelah hilang lebih dari 40 jam, kata Sarbini, salah satu relawan akhirnya berhasil menghubungi pihak MER-C pada Minggu (29/10) sekitar pukul 10.00 WIB. ’’Assalamualaikum. Akhi kami dalam keadaan baik alhamdulillah, Syabab (ketiga anak Fikri, Reza, Farid, Red) juga baik. Semua mereka baik, jangan khawatir,’’ tulis SMS tersebut disampaikan olehnya kemarin (29/10).

 

Menurut dia, selain mengabarkan kondisi kelimanya, staf lokal MER-C menyampaikan kondisi rumah sakit di sana. Mereka juga memastikan masih ada makanan untuk dikonsumsi. ’’Alhamdulillah sudah bisa komunikasi. Mereka posisi di RSI (rumah sakit Indonesia di Gaza, Red) dalam keadaan selamat,’’ ungkapnya.

 

Diakuinya, meskipun sudah dapat berkomunikasi melalui SMS, komunikasi belum dapat terjalin dengan lancar. Mereka belum tersambung melalui saluran telepon sehingga informasi yang didapat masih sangat terbatas.

 

Disinggung soal upaya evakuasi, dia mengatakan, belum ada rencana evakuasi. Menurut dia, para relawan masih ingin di sana membantu para korban. ’’Ya, mereka tetap bersama Palestina dalam kondisi sulit. Tim (tambahan, Red) akan kita kirim ke Gaza. Mudah-mudahan mereka bisa masuk,’’ jelasnya.

 

Pada bagian lain, Indonesia menyambut baik pengesahan Resolusi Majelis Umum PBB terkait situasi di Gaza. Pada Jumat (27/10), Majelis Umum PBB menyetujui draf resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan yang berlangsung lama dan berkelanjutan segera di Gaza. Draf didukung 120 suara, 14 suara menolak, dan 45 lainnya abstain. Indonesia merupakan salah satu co-sponsor resolusi tersebut.

BACA JUGA:Data Ulang Warga Penerima Gas Melon

 

Indonesia sejak awal menyatakan sikap keras mengenai kekejaman Israel atas warga Palestina. Setelah sebelumnya mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan aksi nyata guna menghentikan kekerasan di Gaza, Indonesia juga mendesak Sidang Majelis Umum (SMU) PBB melakukan hal yang sama. Desakan itu disampaikan Indonesia dalam pertemuan darurat SMU PBB yang membahas aksi ilegal Israel di wilayah pendudukan Palestina yang digelar di New York pada Kamis (26/10).

 

Dalam kesempatan itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi meminta agar kekerasan di Gaza dapat segera dihentikan. Dia juga mendesak agar warga sipil dapat dilindungi dan bantuan kemanusiaan dapat segera diberikan.

 

Retno menegaskan tak hanya berbicara atas nama seorang Menlu. Tapi juga atas nama seorang perempuan, seorang ibu, dan seorang nenek. Retno meminta negara-negara anggota PBB untuk menggunakan hati demi membela keadilan dan kemanusiaan.

 

’’Sudah tak terhitung berapa kali kita berdiri di aula ini untuk mengurangi penderitaan saudara-saudari kita di Palestina. Tak terhitung berapa kali kita mengadakan pertemuan darurat SMU PBB mengenai nasib rakyat Palestina. Namun, tak terhitung pula berapa kali harapan kita pupus karena kepentingan politik sempit,’’ katanya.

BACA JUGA:Anggaran Perjalanan Dinas Membengkak, Rawan Disalahgunakan

 

Lebih lanjut, Menlu menyebut tiga plus satu langkah konkret yang mendesak dilakukan. Pertama, menghentikan agresi untuk mencegah terus berjatuhannya korban sipil. ’’Termasuk dengan membentuk komisi penyelidikan independen untuk menyelidiki serangan Israel terhadap rumah sakit dan tempat ibadah dan pengusiran massal warga sipil di Gaza,’’ tegasnya.

 

Kedua, memastikan akses bantuan kemanusiaan dan perlindungan warga sipil. Ketiga, menolak pemindahan secara paksa warga sipil di Gaza. Seruan Israel agar warga sipil pergi dari Gaza Utara memperparah kondisi mereka yang rumahnya telah dihancurkan. Termasuk membatasi akses terhadap listrik, gas, bahan bakar, dan air. Hal itu adalah kejahatan kemanusiaan.

 

Sementara itu, plus satunya adalah mengatasi akar masalah konflik Israel-Palestina. Retno menegaskan bahwa perdamaian tidak akan tercipta sebelum akar konflik diatasi. Karena itu, proses perdamaian untuk mewujudkan solusi dua negara harus dimulai kembali. Upaya sistematis Israel untuk membuat negosiasi jadi tidak relevan harus dihentikan.

 

’’Jangan sampai rakyat Palestina tidak lagi memiliki pilihan selain menerima ketidakadilan seumur hidup mereka,’’ tandasnya. (**)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan