Hilirisasi Kunci Resiliensi Rantai Pasok Global
TMM: Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan menghadiri sesi Working Dinner G7 Trade Ministers' Meeting (TMM) di Sakai, Jepang, Sabtu (28/10).--
KORANRB.ID – Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan menyampaikan, hilirisasi adalah salah satu upaya untuk menciptakan rantai pasok global yang resilien. Hilirisasi tidak hanya bermanfaat dalam menciptakan nilai tambah, tetapi juga dalam mendorong desentralisasi dan mendiversifikasi sistem rantai pasok global.
Sementara itu, hilirisasi industri merupakan salah satu dari sejumlah aspek kunci yang dibutuhkan negara berkembang untuk melakukan lompatan ekonomi. Hal tersebut disampaikan Mendag Zulkifli Hasan dalam intervensinya pada Outreach Session Pertemuan Para Menteri Perdagangan G7.
Outreach Session tersebut digelar, Sabtu (28/10) lalu di Osaka, Jepang yang diikuti oleh para Menteri Perdagangan negara G7, negara mitra strategis dan pimpinan organisasi internasional. Jepang sebagai Presidensi G7 juga turut mengundang sektor bisnis dan perusahaan terkemuka dunia seperti Kaidanren, Suzuki, Canpotex, Siemens Energy, JOGMEC, Rio Tinto dan Coherent. Ini adalah keikutsertaan pertama kali Indonesia pada gelaran G7.
BACA JUGA:Jokowi Ajak Makan Siang Tiga Capres, Kompak Kenakan Batik Motif Parang
“Jalan menuju resiliensi terletak pada desentralisasi dan diversifikasi rantai pasok global. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan lebih banyak negara dan pemangku kepentingan. Hilirisasi berperan sebagai instrumen penting untuk menghasilkan nilai tambah. Di saat yang sama, hilirisasi mendorong diversifikasi sistem rantai pasok global.” kata Mendag.
Mendag juga mengatakan, perspektif kerja sama kelompok negara ‘Global North’ dan ‘Global South’ perlu didefinisikan kembali dengan didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan, tanpa diskriminasi, dan tanpa standar ganda.
“Saya percaya kolaborasi merupakan kunci dalam mengatasi seluruh tantangan global, kelompok negara Global North dan Global South dapat bekerja sama secara konstruktif dalam upaya ini,” jelasnya.
BACA JUGA:Proses Hukum Berjalan, 8 Pelajar Tsk Begal Tetap Bisa Sekolah
Mendag mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir, kekurangan dan kebuntuan pasokan telah memperlihatkan kerentanan dalam sistem pengelolaan rantai pasok. Kondisi ini, diiringi dengan konflik geopolitik, telah meningkatkan fenomena fragmentasi perdagangan yang mendorong pada tindakan unilateralisme.
“Saya yakin bahwa membiarkan fragmentasi perdagangan menjadi kebijakan yang lebih luas akan menyebabkan kemunduran perdagangan yang merugikan dan tidak efektif,” kata Mendag.
Ia menyampaikan, kerja sama membangun rantai pasok merupakan upaya inklusif. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor publik dan swasta, dalam inovasi dan kolaborasi menjadi hal yang penting.
BACA JUGA:1.639 Pendaftar PPPK Ikuti CAT
Ia menekankan, sektor swasta perlu secara aktif memanfaatkan berbagai peluang untuk tumbuh termasuk dengan menjalin kemitraan yang kuat dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Sektor publik dan swasta, termasuk organisasi internasional, perlu bekerja sama dalam memobilisasi sumber daya, jaringan, teknologi dan keahlian yang ada untuk membangun lingkungan kebijakan perdagangan yang suportif. Saya yakin, kita membutuhkan dukungan yang kuat dari sektor swasta untuk memitigasi risiko dan akibat fragmentasi rantai pasok global,” kata Mendag.