Keterwakilan Perempuan dan Arah Suara Perjuangan Oleh: Nurlianti Muzni

Dosen S1 Jurnalistik FISIP UNIB Nurlianti Muzni--istimewa/rb

 

KORANRB.ID - Proses demokrasi di Indonesia berjalan cukup dinamis. Ada berbagai kejutan yang terjadi pada setiap pelaksanaan pesta 5 tahunan ini.

Termasuk perihal pemilu yang baru saja berlangsung 14 Februari 2024 lalu.

Walaupun hasil resmi belum diumumkan oleh KPU, namun masyarakat dapat melihat penghitungan melalui aplikasi sirekap KPU.

 

Jika dibaca melalui sirekap, maka perwakilan Provinsi Bengkulu untuk berjuang sebagai jembatan kepentingan rakyat berada ditangan perempuan dengan kuantifikasi lebih dari 50 %.

BACA JUGA:Nasdem Bakal Rebut Kursi Ketua DPRD Bengkulu Selatan

75 % perwakilan untuk DPD RI, dan 100 % untuk perwakilan DPR RI.

Tentu bukan suatu capaian yang mudah, terutama ditengah persepsi politik yang masih sangat maskulin.

 

Perwakilan perempuan ini akan mengingatkan kita bahwa wacana perwakilan perempuan sebesar 30% menjadi pembicaraan penting setiap proses pemilu akan berlangsung.

Bagaimana upaya serta terkaan akademik bermunculan agar usaha perwakilan gender ini dapat diakomodir dengan adil.

BACA JUGA:Pembinaan dan Asesmen Gepeng di Kota Bengkulu, Begini Kata Dinsos

Bukan tanpa alasan, karena banyaknya kebutuhan dan kepentingan perempuan yang tidak selesai pada periode sebelumnya.

 

 Menghalau rasa pesimis

 

Perjuangan perempuan yang terpilih sebagai calon legislative nasional akan membawa angin segar bagi Gerakan perempuan di Provinsi Bengkulu.

Persentase ini bisa saja sejalan dengan kesejahteraan serta aturan-aturan yang berpihak kepada perempuan.

Jika awal perwakilan perempuan ini bukan secara tiba-tiba karena kuota atau faktor nama besar di belakangnya, tentu kita patut berbangga.

Bahwa perjuangan perempuan telah berada pada titik kepercayaan publik tentang kualitas perempuan tanpa perlu disandingkan lagi dengan laki-laki.

BACA JUGA:Pleno KPU Seluma Tuntas Tanpa Hambatan, Polres Tetap Monitoring

Namun sebaliknya, jika kemudian muncul karena ada faktor lain maka perjuangannya kelak berada pada start yang hampir sama, hanya agak sedikit berbeda harapan.

 

Jika sebagian masih mengira bahwa keterwakilan perempuan saat ini hanya karena factor ‘kebetulan’ maka pembuktian adalah jalan utama untuk membantah seluruh argument tersebut.

harapan yang diletakkan pada calon legislative perempuan ini, akan mampu menjawab kebutuhan rakyat bahkan akan lebih menunjukkan produktifitas kerjanya.

 

 PR berat Menanti

 

Keterwakilan perempuan dan laki-laki memang tidak perlu dibedakan, karena sama-sama bergerak untuk seluruh masyarakat.

BACA JUGA:Yayan Diusulkan Jadi Ketua DPRD Rejang Lebong

Tapi melihat persentase keterwakilan perempuan yang sangat berbeda dari sebelumnya, tentu tidak juga salah untuk menaro hal yang lebih.

Terutama untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan perempuan.

Sehingga berharap tidak sulit lagi kalau ingin mendorong kebijakan-kebijakan dari tingkat daerah hingga nasional seperti saat pengesahan UU TPKS yang diperjuangkan hingga berdarah-darah.

Tidak perlu lagi menunggu kasus viral untuk segera membuat, mengesahkan dan melaksanakan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan perempuan.

BACA JUGA:Akhirnnya, New Honda Stylo 160 Resmi Mengaspal di Bengkulu, Ini Keunggulannya

Ataupun segera memperhatikan UMKM perempuan hingga di tingkat desa, serta misalnya menjadikan perempuan bagian penting dari musrenbang, bumdes dan sebagainya.

 

Selanjutnya ada juga infrastruktur yang tidak memperhatikan kondisi perempuan.

Jalan rusak tentu bukan lelucon, yang seharusnya  tidak hanya muncul saat pendistribusian logistik atau penjaringan suara masyarakat semasa pemilu.

Infrastruktur seperti jalan rusak sangat mungkin membahayakan ibu hamil, mempersulit proses kesehatan dan lainnya.  

BACA JUGA:93 Desa di Kabupaten Lebong Diingatkan Prioritaskan DD Tahap I Tangani Stunting

Ada lagi Ketersediaan pembangunan dan ruang bagi Pendidikan perempuan, serta memperkuat kader posyandu di setiap titik masyarakat.

Apakah ini yang akan diperjuangkan, selain pada janji-janji kampanye yang lebih bersifat populis.

 

Tantangan legislative perempuan terpilih, memang tidak mudah, kita semua menyadari itu.

Namun persentase yang sangat tinggi ini memang selayaknya dirayakan untuk akses perempuan agar dapat berpartisipasi setara dalam bidang pembangunan.

BACA JUGA:Ada 4 Puskesmas Perawatan di Seluma, Ini Lokasinya

Selain itu secara substansial juga dapat mendorong kebijakan public yang tidak berbenturan dengan kepentingan yang bisa memperlemah posisi perempuan nantinya di parlemen.

 

Keterwakilan perempuan ini hadir pada basis masa yang heterogen (seksis, maskulin).

Selain itu, biaya politik yang tinggi, dibalik nama besar, serta berbagai benturan lainnya akan menjadi batu sandungan perempuan untuk tetap menunjukkan keberpihakan.

 

Penulis Adalah Dosen S1 Jurnalistik FISIP UNIB 

 

 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan