Ia meminta hal ini segera ditindaklanjuti dengan sosialisasi di desa-desa dan mengatur jadwal pelaksanaan program kerja bakti massal tersebut.
“Sasaran kerja bakti massal tersebut sudah jelas, kebersihan lingkungan, fasilitas umum terutama fasilitas yang dekat dengan kawasan pemukiman masyarakat,” jelasnya.
Selain daerah yang padat pemukiman, kawasan pemukiman yang dekat dengan kawasan perkebunan juga menjadi daerah yang rawan terjadi peningkatan kasus DBD.
Hal ini lantaran banyaknya benda yang bisa menampung air hujan dan tergenang sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk demam berdarah.
“Hal ini harus menjadi perhatian seluruh jajaran camat dan kepala desa, terangnya juga dengan pendampingan masing-masing kepala Puskesmas wilayah,” paparnya.
BACA JUGA:Wow, Perputaran Judi Online di Indonesia Mencapai Rp347 Tiriliun Per Tahun
Terkait penanganan medis, ia menegaskan obat-obat yang umum dibutuhkan untuk warga yang terjangkit DBD, di rumah sakit maupun puskesmas dalam kondisi tersedia.
Penanganan bisa dilakukan dilakukan berjenjang sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita pasien.
“Penanganan medis yang tepat ini juga ditunjukkan dengan angka kesembuhan warga yang terjangkit DBD juga sangat tinggi,” ujarnya.
Namun ia menegaskan penanganan medis adalah upaya terakhir yang dilakukan.
Sementara target pemerintah adalah penurunan angka warga yang terjangkit DBD.
“Penanganan medis merupakan jalan terakhir, kita menginginkan agar tidak ada masyarakat yang terjangkit DBD lagi,” harapnya.
BACA JUGA:10 Jenis Ular Pemilik Bisa Paling Mematikan di Muka Bumi, Jika Melihat Lebih Baik Berlari
Permasalahan DBD menjadi sorotan nasional karena terjadi peningkatan hampir di seluruh daerah.
Hal ini terjadi karena perubahan cuaca yang terjadi saat ini.
Musim hujan yang terjadi menimbulkan genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk demam berdarah.