Kala itu kemenangan membuat koleksi poin Arsenal dan Liverpool sama kuat 76. Bahkan, diferensiasi gol dua tim juga sama-sama 37.
Arsenal berhak juara lantaran memenuhi syarat ketiga dengan lebih produktif dengan 73 gol berbanding 65 gol milik The Reds.
Hanya, fakta tersebut juga menyiratkan fakta tragis bahwa tidak ada lagi keajaiban bagi tim runner-up juara pada matchweek pemungkas sejak era Premier League dimulai pada 1992–1993.
Musim 1998–1999 jadi satu-satunya kans Arsenal menelikung gelar pada matchweek pemungkas.
BACA JUGA: FIFA Friendly Match: Shine Tae Yong Pilih Tanzania, Kita Intip Kekuatannya
Kala itu mereka tertinggal satu poin dari Manchester United. Tetapi, pada matchweek pemungkas, Arsenal dan United justru sama-sama memetik tiga poin.
Kembali ke soal hadiah, sebagai gambaran, City yang juara musim lalu mendapat Rp 1,26 triliun, sedangkan runner-up Arsenal memperoleh Rp 1,2 triliun.
Memang ada penurunan sekitar Rp 60,8 miliar pada tiap posisi klub di klasemen.
Selain itu, semua klub menerima uang dari kesepakatan penyiaran. Rinciannya, siaran domestik, nominalnya sama. Tiap tim diganjar Rp 632,6 miliar.
Untuk deal penyiaran luar negeri, klub mendapat Rp 973,3 miliar. Dari luar negeri juga ada tambahan Rp 9,7 miliar per posisi di klasemen akhir.
Laga yang disiarkan pun bisa menentukan nominal yang didapat. Musim lalu ada 29 laga City yang disiarkan di Britania Raya berbanding 28 laga milik Arsenal dan Liverpool FC.
Alhasil, City mendapat Rp 512,9 miliar dibanding masing-masing Rp 496,7 miliar untuk Arsenal dan Liverpool.
Semua tim juga mendapatkan pembayaran pokok sebesar Rp 121,6 miliar. Selain itu, ada tambahan Rp 24,3 miliar untuk pertandingan yang disiarkan langsung.
Total, City musim lalu mendapat Rp 2,89 triliun dan Arsenal Rp 2,85 triliun.