Di Asia, konsep prasmanan juga diterima dengan baik dan diadaptasi ke dalam berbagai budaya lokal.
Di Indonesia, prasmanan menjadi populer pada pertengahan abad ke-20, terutama dalam konteks pernikahan dan acara keluarga besar.
Prasmanan memungkinkan penyajian berbagai jenis masakan tradisional Indonesia dalam satu meja, memberikan kesempatan bagi tamu untuk menikmati berbagai hidangan khas daerah.
BACA JUGA:Insomnia Bisa Memperburuk Kualitas Hidup, Begini Cara Mengatasinya
BACA JUGA:7 Makanan yang Bisa Merusak Gigi, Salah Satunya Buah Jeruk, Benarkah?
Tradisi prasmanan di Indonesia memiliki perjalanan sejarah yang menarik, dengan pengaruh dari berbagai budaya, baik lokal maupun internasional.
Di Indonesia, prasmanan kini menjadi elemen penting dalam berbagai acara dan hajatan, mulai dari pernikahan, acara keluarga, hingga pertemuan bisnis.
Berikut adalah penjelasan rinci tentang bagaimana tradisi prasmanan bermula dan berkembang di Indonesia.
Tradisi prasmanan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh Belanda, yang menjajah Indonesia selama lebih dari tiga abad.
Pada masa kolonial, para pejabat Belanda dan orang-orang kaya sering mengadakan pesta besar yang menggunakan gaya penyajian prasmanan.
BACA JUGA:Liquid Blue: Simbol Kreativitas dan Kualitas dalam Pakaian Kasual
BACA JUGA:Suzuki Smash: Legenda yang Masih jadi Idola
Mereka membawa konsep ini dari Eropa, khususnya dari budaya smörgåsbord Swedia dan buffet Prancis, yang telah diadopsi oleh masyarakat kelas atas di Belanda.
Para pejabat kolonial sering mengundang tamu untuk menghadiri jamuan di rumah mereka, di mana berbagai hidangan lokal dan Eropa disajikan di atas meja panjang.
Para tamu diundang untuk mengambil makanan sendiri, memungkinkan mereka untuk mencicipi berbagai hidangan yang berbeda.
Konsep ini kemudian diadaptasi oleh kalangan priyayi atau bangsawan lokal yang mulai mengadopsi gaya hidup dan kebiasaan para kolonial.