Ini memberikan pengakuan sosial atas pencapaian ibadah yang penting dan berat.
Penyematan gelar ini mungkin berkembang dari kebiasaan masyarakat yang ingin menghormati dan mengakui usaha serta pengorbanan finansial dan fisik yang besar dalam menunaikan haji.
Pada masa lalu, perjalanan haji sangat sulit dan memakan waktu berbulan-bulan, sehingga mereka yang berhasil melaksanakannya dianggap layak mendapatkan penghormatan khusus.
Di beberapa negara yang pernah mengalami kolonialisme, seperti Indonesia, penyematan gelar “Haji” juga digunakan oleh pemerintah kolonial untuk mencatat dan mengawasi penduduk yang memiliki pengalaman internasional dan potensi pengaruh.
BACA JUGA:Harga Emas Batangan Hari Ini di Pegadaian, Rabu 26 Juni 2024
Selain pengakuan sosial, gelar ini juga sering kali memberikan kehormatan tambahan dalam komunitas lokal.
Mereka yang bergelar “Haji” atau “Hajjah” sering kali dianggap sebagai orang yang lebih religius dan memiliki pengetahuan lebih dalam tentang Islam.
Penting untuk diingat bahwa penggunaan gelar ini adalah sepenuhnya pilihan pribadi dan tidak mempengaruhi keabsahan ibadah haji yang telah dilakukan.
Dari beberapa pendapat pemuka agama pun juga memiliki beberapa pandangan terkait penyematan sebutan “Haji” atau “Hajjah”.
Beberapa pemuka agama mendukung penggunaan gelar ini sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap mereka yang telah menunaikan ibadah haji.
BACA JUGA:Harga Emas Batangan Hari Ini di Pegadaian, Rabu 26 Juni 2024
Mereka melihatnya sebagai cara untuk menghargai usaha dan pengorbanan yang dilakukan dalam melaksanakan salah satu rukun Islam.
Ada juga pemuka agama yang bersikap netral dan menganggap penggunaan gelar ini sebagai bagian dari tradisi budaya yang tidak memiliki implikasi religius.
Mereka menekankan bahwa yang terpenting adalah pelaksanaan ibadah haji itu sendiri, bukan gelarnya.