Penyematan Kata Haji atau Hajjah, Seberapa Pentingkah? Ini Faktanya

Rabu 26 Jun 2024 - 17:24 WIB
Reporter : M.Zulkarnain Wijaya
Editor : Fazlul Rahman

Beberapa pemuka agama bersikap kritis terhadap penggunaan gelar “Haji” atau “Hajjah”.

Mereka berpendapat bahwa pemberian gelar ini bisa mendorong riya’ (pamer) atau kesombongan, yang bertentangan dengan nilai-nilai kerendahan hati dan ketulusan dalam Islam.

BACA JUGA:Sering Dianggap Hama, Ternyata Tupai Punya Beragam Manfaat

BACA JUGA:Pemkab Kepahiang Sosialisasi Regulasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio

Mereka juga mengingatkan bahwa gelar tersebut tidak menjamin ketaqwaan atau kedalaman spiritual seseorang.

Salahsatu penceramah ternama Indonesia yang kerap di panggil Mamah Dedeh, memiliki pandangan yang cukup bijak mengenai penggunaan gelar “Haji” atau “Hajjah”.

Dalam beberapa kesempatan, ia menekankan bahwa penggunaan gelar tersebut bukanlah sesuatu yang wajib dalam Islam, melainkan tradisi sosial.

Menurut Mamah Dedeh, yang lebih penting daripada gelar adalah perilaku dan akhlak seseorang setelah menunaikan ibadah haji.

Ibadah haji seharusnya membawa perubahan positif dalam diri seseorang, seperti menjadi lebih sabar, rendah hati, dan lebih dekat dengan Allah.

Gelar “Haji” atau “Hajjah” tidak boleh menjadi sumber kesombongan atau pamer, tetapi seharusnya mengingatkan seseorang untuk terus berbuat baik dan menjaga ketaqwaan.

BACA JUGA:10 Negara Kunci Tiket Babak 16 Besar Euro 2024, Timnas Pusat?

BACA JUGA:Ini Alasan Mengapa Motor Modifikasi Sangat Diminati

Mamah Dedeh juga sering mengingatkan bahwa tujuan utama dari haji adalah untuk memenuhi rukun Islam dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mendapatkan gelar atau pengakuan sosial.

Dengan demikian, ia mengajarkan pentingnya niat yang tulus dan pelaksanaan ibadah dengan ikhlas.

 

“Dengerin ya, jangan sombong (Menggunakan gelar Hajjah,red), mentang mentang sudah naik haji. Semua umat Islam pengen naik haji. 

Kategori :