CURUP, KORANRB.ID - Musim kemarau merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh para petani di berbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Rejang Lebong. Ketika musim ini tiba, debit air irigasi yang mengaliri lahan sawah cenderung menurun drastis, mempengaruhi produksi pertanian, terutama padi.
Padahal irigasi merupakan sistem penting dalam pertanian, terutama di wilayah yang sering mengalami musim kemarau. Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber-sumber seperti sungai, waduk, atau sumur ke lahan pertanian.
Ketika musim kemarau datang, pasokan air dari sumber-sumber ini menurun karena curah hujan yang rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya, debit air yang masuk ke dalam sistem irigasi juga menurun, mengurangi jumlah air yang tersedia untuk mengaliri lahan sawah.
Iwan Sentosa (43), salah satu petani di Kelurahan Talang Benih Kecamatan Curup mengungkapkan penurunan debit air irigasi selama musim kemarau telah menjadi masalah yang signifikan. Apalagi sebagian besar wilayah di Kabupaten Rejang Lebong ini bergantung pada sistem irigasi untuk mendukung pertanian padi, tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah besar untuk tumbuh dengan baik.
BACA JUGA:Rohidin-Meriani Terima B1 KWK Partai Hanura
BACA JUGA:Potensi Kerja Sama Vietnam dan Bengkulu Sektor Perikanan, Bakal Pastikan Lokasi dan Kelayakan Usaha
“Dengan berkurangnya pasokan air, petani di beberapa daerah, seperti Kelurahan Talang Benih ini harus menghadapi tantangan dalam menjaga lahan mereka tetap produktif,” ungkap Iwan.
Iwan menjelaskan, untuk mencapai hasil panen yang optimal, padi membutuhkan pasokan air yang cukup, terutama selama fase pertumbuhan kritis seperti pembentukan anakan, pembungaan, dan pematangan. Ketika debit air irigasi menurun, tanaman padi mengalami stres air, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat, penurunan produksi, dan kualitas hasil panen yang lebih rendah.
Bagi petani di Kabupaten Rejang Lebong, penurunan debit air irigasi selama musim kemarau memaksa mereka untuk melakukan upaya ekstra dalam mengelola lahan mereka. Beberapa petani harus lebih sering memeriksa kondisi air di sawah mereka dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan tanaman padi mendapatkan cukup air.
“Namun, meskipun dengan upaya tambahan ini, tetap sulit untuk mengatasi kekurangan air yang signifikan,” terang Iwan.
Hal senada juga disampaikan, Wahyudi (54) juga warga Kelurahan Talang Benih. Ia mengatakan bahwa kekurangan air juga dapat menyebabkan tanah menjadi lebih padat dan keras, yang menghambat akar padi untuk tumbuh dengan baik.
BACA JUGA:Melimpah! Segini Bonus Peraih Medali Olimpiade Paris 2024, Atlet Indonesia Auto jadi Miliarder
BACA JUGA:Bapas Bengkulu Dampingi Anak Terlibat Kasus Tawuran di Kota Bengkulu
Akibatnya, tanaman padi mungkin tidak dapat menyerap nutrisi secara efektif, yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen.
Menghadapi kondisi sulit ini, beberapa petani di Kabupaten Rejang Lebong memutuskan untuk beralih dari menanam padi ke tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan, seperti jagung. Jagung adalah tanaman yang membutuhkan air lebih sedikit dibandingkan dengan padi, sehingga lebih cocok untuk ditanam selama musim kemarau.