Kortikosteroid, yang digunakan untuk mengobati peradangan dan penyakit autoimun, dapat mengganggu proses pembentukan tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis.
Obat lain seperti antikonvulsan dan antidepresan tertentu juga dapat memengaruhi kepadatan tulang.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan osteoporosis.
BACA JUGA:Ini Dugaan Motif Pembunuhan Ayah Tiri di Betungan Kota Bengkulu
BACA JUGA: Kejar-kejaran di Jalan Tol, Dua Pengedar Diamankan Polres Bengkulu Tengah
Nikotin dalam rokok dapat mengganggu penyerapan kalsium, sementara alkohol dalam jumlah berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon yang penting untuk kesehatan tulang.
Ditambah lagi kurangnya aktivitas fisik yang dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang, sehingga meningkatkan risiko osteoporosis.
Selain penyebab langsung, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami osteoporosis. Dimana risiko osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia.
Setelah usia 30 tahun, tubuh mulai kehilangan massa tulang lebih cepat dari pada kemampuan tubuh untuk membentuk tulang baru.
Tidak hanya itu wanita juga lebih rentan mengalami osteoporosis dibandingkan pria. Ini terkait dengan penurunan kadar estrogen setelah menopause.
Riwayat keluarga dengan osteoporosis atau patah tulang juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi serupa.
BACA JUGA:GIIAS Dongkrak Produktivitas dan Penjualan Otomotif
Orang-orang dari ras Kaukasia dan Asia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan osteoporosis dibandingkan dengan ras lain.
Memiliki massa tubuh rendah atau sangat kurus cenderung memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah, yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis.
Pencegahan osteoporosis dapat dilakukan melalui berbagai langkah, termasuk pola makan sehat, gaya hidup aktif, dan manajemen kesehatan secara menyeluruh.