BINTUHAN, KORANRB.ID - Meskipun penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) di Kabupaten Kaur terus mengganas, namun tingkat kesadaran masyarakat Kaur untuk menyuntik vaksin pada ternak kerbau dan sapi mereka masih sangat minim.
Bagaimana tidak, setelah melakukan upaya selama kurang lebih satu minggu, tim Dinas Pertanian melalui Bidang Peternakan hanya bisa menyuntikan 500 dosis vaksin dari 1.000 dosis bantuan vaksin dari Pemerintah Provinsi Bengkulu.
Padahal hingga saat ini, dalam jarak satu minggu kasus ngorok semakin bertambah banyak tercatat sekarang sudah ada 150 kasus dan semua ternak tersebut dinyatakan mati.
Kasus ini tersebar di tujuh kecamatan se Kabupaten Kaur.
BACA JUGA:6 Poin Gugatan Praperadilan Murman, Ini Tanggapan Kajari Seluma
Kasus paling banyak ditemukan ada di Kecamatan Tanjung Kemuning dan juga Semidang Gumay.
"Kita mengalami kendala untuk penyaluran vaksin, banyak warga yang tidak mau menyuntik hewan ternak mereka," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Kaur drh. Rakhmad Fajar Senin, 4 November 2024.
Disampaikan Rakhmad banyak sekali para peternak sapi dan kerbau di Kabupaten Kaur yang enggan ternaknya disuntik dengan vaksin dengan dalih ternak mereka masih sehat dan juga banyak sekali ternak yang memang masih dilepas liarkan.
Sehingga untuk penangakapannya memang cukup sulit, sebab ternak tersebut masuk kebun-kebun sawit di area dalam hutan yang sulit untuk dijangkau.
BACA JUGA:Debat Perdana, 3 Paslon Pilbup Bengkulu Tengah Adu Program
"Rata-rata ternak Kaur ini di lepas liarkan, jadi untuk menangkapnya itu susah," ujar Rakhmad.
Padahal penyakit ngorok ini sangatlah berbahaya dan dapat dengan mudah menular ke ternak lainnya hanya dengan melalui udara.
Ketika sudah mengidap, maka hewan ternak tersebut 90 persen dinyatakan pasti akan mati.
Yang artinya rasio hidup untuk hewan tersebut hanya 10 persen.
BACA JUGA:Deteksi Dini Pilkada 2024, Rapat Lintas Sektor Digelar