KORANRB.ID – Dalam beberapa tahun terakhir, India mulai mengurangi impor sawitnya yang berasal dari Indonesia.
Alasan utamanya, biaya yang harus dikeluarkan untuk impor sawit dari Indonesia terlalu mahal.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif The Solvent Extractors’ Association of India BV Mehta, saat sesi paparan di hari kedua Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) ke-20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/11).
Mehta menjelaskan, penurunan impor sawit dari Indonesia untuk kebutuhan India cukup signifikan. ”Dari 68 Persen menjadi 52 persen,” terangnya.
Di saat bersamaan, impor sawit India dari Malaysia justru mengalami peningkatan yang signifikan. ”Dari 24 persen menjadi 37 persen,” lanjut Mehta.
Menurut Mehta, alasannya adalah tingginya biaya levy atau transaksi dagang sawit dari Indonesia. Sebaliknya, Malaysia malah menurunkan biaya ekspor sawit dari negara tersebut.
”Ini menguntungkan Malaysia,” jelas Mehta. Sebaliknya, Indonesia harus kehilangan sekian persen potensi ekspor sawit ke India, imbas dari pengurangan impor tersebut.
Padahal, Tingkat konsumsi minyak sawit di India tiap tahunnya tergolong besar. Setiap tahun, rakyat India bisa mengonsumsi total 9,2 juta ton minyak sawit.
Itu setara dengan 37,6 persen dari kebutuhan minyak masak di negara tersebut. Disusul minyak kedelai di peringkat kedua dengan Tingkat konsumsi 5,25 juta ton atau 21 persen.
Itu menjadikan India sebagai pengimpor terbesar minyak sawit sekaligus konsumen terbesar kedua untuk minyak sawit. Sebab, pada periode 2022–2023 India hanya mampu memproduksi minyak sawit sebanyak 329 ribu ton.