Alur Pelabuhan Belum Dikeruk, Pengamat: Ekonomi Masyarakat Terdampak

Sabtu 04 Jan 2025 - 23:38 WIB
Reporter : Abdilatul Fatwa
Editor : M. Rizki Amanda Lubis

Sekadar mengulas berita sebelumnya, Pelabuhan Pulau Baai yang merupakan jalur utama distribusi dan ekspor di Provinsi Bengkulu, tengah menghadapi krisis pendangkalan yang semakin parah sejak 2018. 

BACA JUGA:Perdagangan Saham BEI Awal Januari 2025 Mayoritas Positif

BACA JUGA:Didorong Peningkatan Produksi dan Inflasi Tetap Terkendali, Manufaktur Indonesia Kembali Tumbuh Positif

Dampaknya sangat serius, mengganggu distribusi kebutuhan pokok seperti bahan bakar minyak dan beras, hingga menyebabkan penurunan tajam kapasitas ekspor.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Bengkulu, Rosjonsyah, bersama sejumlah pihak terkait, termasuk General Manager Regional II PT Pelindo, Kapolda Bengkulu, Danlanal Bengkulu dan perwakilan instansi lainnya mengadakan rapat koordinasi di kantor PT Pelindo Regional II. 

Usai rapat, Plt Gubernur Rosjonsyah langsung meninjau kondisi kolam dan alur pelabuhan untuk melihat situasi terkini.

"Alur pelabuhan yang sebelumnya memiliki kedalaman 7–11,5 meter, kini hanya tersisa 1,5 meter. Bahkan sebagian kolam breakwater sudah berubah menjadi daratan pasir," ungkap Rosjonsyah.

Ia menegaskan bahwa kondisi ini telah menyebabkan kerugian besar bagi perekonomian Bengkulu, yang diperkirakan mencapai ratusan miliar hingga triliunan rupiah setiap tahunnya.

"Saya minta seluruh instansi terkait segera mencari solusi terbaik agar masalah ini tidak terus berulang setiap tahun," tegasnya.

General Manager PT Pelindo Regional II, S. Joko, mengungkapkan bahwa sedimentasi tinggi yang disebabkan oleh cuaca buruk menjadi penyebab utama pendangkalan.

Akibatnya, kapal-kapal besar sulit masuk dan keluar pelabuhan. Hal ini menurunkan kapasitas angkut barang, menghambat ekspor, serta menyebabkan keterlambatan pengiriman barang.

Ekspor batu bara yang sebelumnya mencapai 10 juta ton per tahun kini hanya mampu mengirimkan 3 juta ton. 

Bahkan, pengangkutan harus menggunakan tongkang untuk memindahkan barang ke kapal besar di tengah laut. 

Selain itu, komoditas ekspor lainnya, seperti cangkang sawit, hasil laut, dan rumput laut, juga ikut terdampak.

Situasi ini mendesak pemerintah dan pihak terkait untuk segera mencari solusi konkret agar fungsi strategis Pelabuhan Pulau Baai dapat kembali optimal, sehingga perekonomian Bengkulu dapat terselamatkan.

Diberitakan sebelumnya, tahun ini, terhitung sejak dari Januari-November 2024 bea keluar cangkang sawit hanya Rp944 juta.

Kategori :