SELUMA, KORANRB.ID - Masih banyak yang belum mengetahui bahwa bangunan peninggalan bersejarah masih banyak yang berdiri kokoh di Kabupaten Seluma. Salahsatunya bangunan Masjid Al-Jihad yang terletak di Desa Pasar Talo, Ilir Talo Kabupaten Seluma. Masjid Al-Jihad ini sudah berusia 1 abad lebih. Bagaimana sejarahnya?
Masjid ini diketahui di bangun pada tahun 1918 lalu saat Pasar Talo masih menjadi sentra perdagangan di Sumatra lantaran letaknya yang dipesisir pantai, artinya masjid ini termasuk salahsatu masjid yang tertua di Kabupaten Seluma. Bila dihitung sekarang, maka masjid ini sudah berusia 106 tahun alias 1 abad lebih.
BACA JUGA:Sejarah Pembangunan Masjid Agung Mukomuko, Ternyata Pernah Berganti Nama
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Desa Pasar Talo, Yusran Hayudin. Dikatakannya bahwa bangunan masjid ini memang sudah didirikan sejak zaman masa penjajahan Belanda dan untuk pendanaannya dilakukan secara ipayan, yakni setiap kepala keluarga (KK) menyumbangkan beras 1 canting yang nantinya akan dikumpulkan lalu dijual.
"Awalnya masjid Masjid Al-Jihad ini dibangun secara gotong royong, termasuk juga dengan pendanaannya dilakukan secara ipayan dari masing masing KK"ungkap Kades.
BACA JUGA:Sejarah Masjid Agung Arga Makmur, Pernah Dipindah di Era Presiden Soeharto
Namun untuk renovasinya, saat ini metode pendanaannya sudah berbeda, selain mengumpulkan sumbangan dari donatur maupun jamaah. Ada juga wakaf lahan pohon kelapa sejak tahun 1970. Saat ini lahan tersebut dikontrakan, biaya kontrak tersebutlah yang akan membantu pendanaan masjid sebesar Rp 10 juta per 3 tahun.
"Ada lahan pohon kelapa yang diwakafkan untuk bantuan pendanaan masjid, karena pengurus masjid tidak sempat mengelola. Akhirnya dikontrakkan dan jika sudah habis masa kontrak, maka akan dilelang lagi. Nilainya pun selalu meningkat setiap perpanjangan kontrak,"rinci Kades.
BACA JUGA:Masjid Agung Sultan Abdullah
Dijelaskan Kades, adapun pelopor pembangunannya yakni seorang perantau dari Sumatra Barat bernama H. Muhammad Ta’ib. Namun untuk pembangunannya dilakukan secara swadaya masyarakat karena saat itu memang belum ada tempat khusus untuk beribadah umat Islam. Materialnya pun diangkut satu persatu menggunakan bakul, tidak seperti saat ini yang sudah menggunakan alat transportasi.
"Pertama kali Masjid Al-Jihad ini beratapkan daun rembio yang sudah disematkan dan kayu sebagai penopangnya,"imbuh Kades.
BACA JUGA:BKM Harus Memanajemen Masjid dengan Baik
Saat ini kondisi Masjid Al-Jihad masih berdiri kokoh dan sangat terawat, bahkan sebagian besar sudah direnovasi menjadi semakin modern. Namun tetap mempertahankan ciri khas daerah sang pelopornya yakni Sumatra Barat, ini dibuktikan dengan adanya atap yang disusun sebanyak tiga lapis dan gapura masjidnya yang setinggi 5 meter ini dibentuk menyerupai rumah minang yakni melengkung dan berbentuk tanduk kerbau.
Dijelaskan Kades, salahsatu ciri khas yang masih tersisa dan belum direnovasi yakni pada bagian tembok belakang masjid terdapat lafaz Allah yang dibentuk dari bebatuan kecil. Keindahan mahakarya ini masih terus dipertahankan dan menjadi ciri khas Masjid Al-Jihad ini. Selain itu juga tepat dibelakang masjid juga terdapat makam pelopor masjid ini, yaitu H. Muhammad Ta’ib beserta keluarganya.
"Salahsatu ikon masjid ini sejak lama yaitu terdapat lafaz Allah pada bagian tembok belakang dan terdapat makam pelopor pendirian masjid. H. Muhammad Ta'ib,"ucap Kades.