KORANRB.ID – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, neraca perdagangan RI surplus USD 33,63 miliar sepanjang Januari hingga November 2023. Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 50,54 miliar.
Mendag Zulkifli Hasan pun menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan ekspor pada 2024.
Mendag mengungkapkan, secara total, kinerja ekspor sejak Januari sampai November 2023 mencapai USD 236,41 miliar. Sementara, impor pada periode yang sama sebesar USD 202,78 miliar.
BACA JUGA:Debat Capres, Adu Gagasan Pertahanan, Keamanan dan Hubungan Internasional
Dia optimistis terhadap kinerja perdagangan pada 2024 dengan target pertumbuhan ekspor nonmigas yang naik hingga 4,5 persen.
”Pemerintah akan berupaya untuk tetap mendorong ekspor nonmigas walau tantangan harga komoditas dunia masih cukup landai,” ujarnya, Kamis, 4 Januari 2024.
Pria yang akrab disapa Zulhas itu mengakui, merosotnya nilai ekspor 2023 disebabkan penurunan harga komoditas andalan Indonesia. Yakni, minyak sawit mentah atau CPO, batu bara, dan nikel. Meski demikian, dia tidak berencana mengubah fokus komoditas nasional di pasar ekspor.
BACA JUGA:Update Harga Emas 4 Januari 2024, Naik Tipis
”Andalannya tetap CPO, batu bara, nikel, dan tentu produk-produk manufaktur serta produk hasil hutan,” ungkapnya.
Berbagai langkah disiapkan untuk merangsang pertumbuhan perdagangan luar negeri, termasuk pengembangan ke pasar baru atau nontradisional. ”Yang tradisional tetap, tetapi nontradisional terus dikembangkan. India, Pakistan, Bangladesh, Mesir, dan Malaysia. Kita lupa sama ASEAN, padahal (potensinya, Red) besar sekali,” jelasnya.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Kemendag Didi Sumedi menyampaikan, untuk mencapai target ekspor, pihaknya akan melakukan program melalui misi dagang hingga terus membuka perjanjian dagang dengan negara lainnya.
BACA JUGA:BTN Bengkulu Salurkan 1.500 Unit KPR, Ini Tips Pengajuan KPR Cepat Proses
”Memperluas akses pasar dengan negara-negara yang sedang kita tuju,” katanya.
Terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyatakan bahwa para pengusaha berencana mengoptimalkan kembali potensi ekspor ke Tiongkok yang sempat menurun. ”Tiongkok akan kita tingkatkan supaya balik lagi ke angka 8 juta ton karena sebelumnya terjadi penurunan,” terangnya.
Selain Tiongkok, Eddy menegaskan bahwa peningkatan ekspor produk sawit bakal menyasar negara-negara mitra dagang pasar nontradisional. Di antaranya, negara-negara di kawasan Eropa Timur, Asia Tengah, dan Afrika.(**)