JAKARTA, KORANRB.ID – Isu seputar pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik menjadi topik dalam debat ketiga Pilpres 2024 nanti malam. Menurut Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas, setidaknya ada empat poin krusial yang semestinya tidak luput dalam debat tersebut.
Empat poin itu terdiri atas pemberantasan korupsi dalam pengadaan alat pertahanan keamanan serta kesejahteraan personel TNI dan Polri. Lalu pembangunan kekuatan pertahanan dan keberlanjutan visi poros maritim dunia.
Anton mengatakan, pemberantasan korupsi terkait dengan pengadaan alat pertahanan dan keamanan sangat penting. Survei risiko korupsi sektor pertahanan yang dilakukan Transparency International menunjukkan bahwa Indonesia masuk kategori tingkat risiko korupsi tinggi untuk pengadaan alat pertahanan dan keamanan. ”Government Defence Integrity Index tahun 2015 dan 2020 tetap memasukkan Indonesia dalam kategori D,” ungkap Anton kepada Jawa Pos.
BACA JUGA:Masih Ada APK Terpaku di Pohon
Hal tersebut tidak terlepas dari pengadaan alat pertahanan dan keamanan yang sering kali dikaitkan dengan kerahasiaan. Kondisi itu menyebabkan pengadaan di sektor tersebut menjadi rawan korupsi. Karena itu, Anton menilai pemberantasan korupsi di sektor pertahanan dan keamanan perlu menjadi atensi bagi seluruh capres. ”Pemberantasan korupsi di sektor hankam (pertahanan dan keamanan, Red) menjadi krusial dibahas dalam debat mengingat tidak ada satu pun dokumen visi-misi capres yang menyinggung isu ini,” terang dia.
Untuk menjauhkan para prajurit TNI dan personel Polri dari tindakan melawan hukum seperti korupsi, kesejahteraan menjadi sangat penting. Karena itu, kesejahteraan seluruh prajurit TNI dan personel Polri tidak boleh luput dari debat malam ini.
Ketiga paslon mengangkat poin tersebut dalam dokumen visi dan misi yang sudah mereka serahkan kepada KPU. Namun, tidak ada satu pun yang mengelaborasi poin tersebut secara lebih terperinci. Misalnya soal kebijakan terukur guna menjamin kesejahteraan bagi prajurit TNI dan personel Polri.
Selanjutnya, Anton menyinggung soal pembangunan kekuatan pertahanan. Dalam visi-misi seluruh capres dan cawapres, ide pembangunan kekuatan pertahanan sudah disinggung. Sayang, ide tersebut tidak dikaitkan secara utuh dengan perkembangan lingkungan strategis pada era volatility, uncertainty, complexity and ambiguity (VUCA). Visi-misi para capres dan cawapres juga tidak spesifik terkait dengan ancaman perang yang bersifat lintas dimensi dan domain.
BACA JUGA: 215 Desa Bengkulu Utara Diminta Segera Siapkan Penerima BLT DD
Terakhir, Anton menyatakan, perlu ada penegasan terkait dengan keberlanjutan visi poros maritim dunia. Sebab, secara esensi, visi tersebut menjadi penting sebagai pengakuan bentuk negara Indonesia.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional Teuku Rezasyah mengungkapkan, sejatinya pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik itu terintegrasi. Tidak terpisahkan satu sama lain. Sehingga tak bisa membicarakan pertahanan dan keamanan tanpa menyinggung hubungan internasional maupun geopolitik.
Karena itu, Reza (sapaan Teuku Rezasyah) menyoroti empat poin yang dinilai perlu mendapat sorotan dalam debat pilpres malam ini. Pertama, terkait evaluasi atas kemampuan Indonesia mengamankan kedaulatannya di darat dan laut dari berbagai kegiatan yang melawan hukum serta upaya meningkatkan kemampuan tersebut di masa depan.
Kedua, evaluasi atas ketokohan Indonesia di ASEAN dan mengantisipasi menurunnya kredibilitas ASEAN saat menghadapi rivalitas Amerika Serikat-Tiongkok. Ketiga, hikmah dari perang di perbatasan antara Rusia-Ukraina bagi kebijakan pengamanan perbatasan Indonesia di masa depan. Terakhir, mengenai kebijakan jangka panjang Indonesia bagi penguatan struktur PBB demi terciptanya perdamaian dan keamanan internasional yang lebih baik dan berkeadilan.
Mengerucut pada hubungan internasional dan geopolitik, Reza menekankan pentingnya evaluasi ketokohan Indonesia di ASEAN. ”Dunia, terutama ASEAN, berharap Indonesia mampu berbuat lebih banyak. Indonesia diharapkan membawa ASEAN mandiri di tengah persengketaan Amerika Serikat. Ini harus Indonesia buktikan kepada dunia, kepada ASEAN, dan diri sendiri,” tuturnya.
BACA JUGA:Dinkes Targetkan 20 BLUD Puskesmas