“Kami menunggu bibit (bantuan, red) dari pemerintah untuk priode tanam tahun ini,” sebut Heriadi.
Heriadi jug menceritakan pengalaman musim sebelumnya. Terhitung sudah 6 bulan sawah di Dusun Besar terbengkalai tepatnya sejak Agustus 2023 lalu.
BACA JUGA:PKL: Lebih Untung Jualan di Badan Jalan
BACA JUGA:Pedagang di Pantai Panjang Hanya Boleh Berjualan di 7 Segmen, Ini Pembagian Lokasinya
Lantaran saat itu musim kemarau, sehingga air minim dan tak cukup untuk memulai proses tanam.
Seperti yang diberitakan RB sebelumnya.
Areal persawahan para Kelompok Tani (Poktan) Dusun Besar (Dubes) diarea Danau Dendam Tak Sudah (DDTS), kemungkinan besar akan mengandalkan air hujan untuk musim tanam awal 2024 ini.
Seyogyanya, area persawahan mereka terkoneksi dengan saluran irigasi dari DDTS.
Namun karena kondisi irigasi yang sudah rusak parah bertahun-tahun, air dari saluran irigasi tidak sampai ke sawah mereka.
Mencapai 19 hektare luas sawah para Poktan Dubes, tidak lebih dari 5 hektare yang diyakini bisa ditanami awal tahun ini, karena kesulitan air.
Ketua Poktan Dubes, Heriadi (68) yang ditemui Sabtu 13 Januari 2024 mengungkapkan, karena irigasi sudah lama tidak berfungsi, bangunan irigasi bahkan ditumbuhi rumput liar.
Lebih rinci ia jelaskan, kondisi irigasi bermacam-macam, ada yang patah, jebol hingga bagian lantainya.
Terpantau langsung, air dari irigasi utama tidak sampai ke area persawahan. Bahkan banyak sampah di pintu air utama irigasi.
Permasalahan air jadi kendala utama Poktan tersebut. Jika air ada para petani idak akan mogok untuk bertani.
Namun demikian, usaha mengalirkan air ke sawah tetap diupayakan para petani secara mandiri.
“Disini, jika tidak ada air, kami bergotong royong untuk memasukan air, begitupun jika tersumbat dibagian irigasi seluruh petani yang bersawah disini bersama sama untuk menyalurkan air ke area sawah,” ungkap Heriadi.