Temulawak dapat ditanam secara konvensional dalam skala kecil dengan menggunakan teknologi budi daya yang sederhana, hal ini dikarenakan sulit menentukan letak sentra penanaman temu lawak di Indonesia.
Umumnya di setiap desa di Indonesia, terutama yang mempunyai dataran sedang dan tinggi, maka kamu dapat menemukan temu lawak terutama di lahan yang teduh.
BACA JUGA:Ingin Tidur Berkualitas ? Ini Tips - Tips yang Bisa Membantu Anda, Salah Satunya Hindari Rokok
BACA JUGA:Mitos keberadaan Suku Gaib di Indonesia, Benarkah Manusia Bisa Menikahi Orang Bunian?
Untuk pembibitan dari tanaman temulawak dapat diperbanyak secara vegetatif, yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih.
Kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang lembap dan gelap selama 2 (dua)–3 (tiga) minggu sebelum ditanam.
Untuk cara lain mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas.
BACA JUGA:Ini 7 Tips Berkendara Motor Saat Mudik Nataru
BACA JUGA:Sejarah, Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Betawi, Begini Kisah Awal Kemunculannya
Sebaiknya temulawak ditanam pada awal musim hujan, supaya rimpang yang dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan.
Demikianlah uraian singkat mengenai temulawak sebagai obat herbal untuk menangani hepatitis, semoga bermanfaat. (**)