KORANRB.ID - Aksi simpati masyarakat Indonesia atas konflik Palestina dan Israel berbuntut pada boikot produk terafiliasi dengan Israel.
Sektor industri tidak menampik bahwa boikot tersebut langsung atau tidak langsung, menekan penjualan brand tertentu yang diisukan.
Meskipun demikian, pelaku usaha terdampak dinilai masih kuat bertahan untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
BACA JUGA:Penukaran Uang Lebaran, Bank Indonesia Siapkan Rp197,6 Trilliun
BACA JUGA:Nikmati Menu Buka Bersama di Hotel Santika Bengkulu, Makan Sepuasanya
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustriam (Kemenperin) Merrijantij Punguan Pintaria mengatakan,
kinerja industri makanan dan minuman (mamin) menurun akibat terdampak aksi boikot produk pro Israel.
"Cukup berdampak, ini menurunkan kinerja industri kita, hanya saja memang sangat sensitif
dan industri kita ini masih mencoba bertahan untuk tidak merumahkan karyawannya," ujarnya kemarin, 14 Maret 2024.
Merri menyebutkan bahwa industri cukup khawatir apabila boikot berlangsung lebih panjang.
BACA JUGA:Astra Motor Bengkulu Edukasi Safety Riding di Koperasi TKBM Kota Bengkulu
BACA JUGA:Bank Mandiri Curup Salurkan CSR ke Masjid Nurul Huda
Oleh karena itu, dia berharap aksi tidak berlangsung lama mengingat banyak pekerja bergantung pada sektor industri makanan dan minuman tersebut.
Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah berharap aksi boikot produk pro Israel berakhir.
Budi mengatakan, tindakan tersebut hanya akan merugikan industri dalam negeri lantaran semua merek asing tersebut diproduksi menggunakan bahan baku lokal.