“Kalau keracunan harusnya sapi mati dengan kondisi mulut berbuih atau berbusa,” sebutnya.
Selain itu, ia juga menerangkan untuk pemupukan kelapa sawit tempat sapi-sapi tersebut dilepasliarkan menggunakan sistem tanam, bukan dihamburkan di atas tanah.
“Kami yakin ini adalah penyakit. Kami berharap ada penanganan dari Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan Bengkulu Utara. Setidaknya jangan sampai penyakit tersebut meluas,” pungkas Yusuf.
Sementara itu Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan (TPHP) Bengkulu Utara, Abdul Hadi sudah berkoordinasi dengan petugas peternakan Kecamatan Padang Jaya.
Hasil koordinasi tersebut, disebutkan tidak ada penyakit yang menyebabkan sapi-sapi warga Desa Marga Jaya mati.
Ini lantaran sapi tersebut dipelihara di perkebunan kelapa sawit milik perusahaan.
“Maka kuat kemungkinan sapi tersebut mati karena keracunan, bukan karena penyakit,” ujarnya.
Apalagi saat ini sudah mendekati waktu perusahaan kelapa sawit tutup beroperasi karena libur lebaran Idul Fitri.
“Sehingga kemungkinan perusahaan melakukan penyemprotan rumput, dan rumput tersebut dimakan oleh sapi. Ini yang kita perkirakan menjadi penyebab sapi-sapi tersebut mati,” terangnya.
Dengan kejadian sapi mati tersebut, Abdul Hadi kembali mengatakan bahwa petugas peternakan sudah turun langsung mengecek sapi-sapi di sekitar Desa Marga Jaya dan desa lainnya di Kecamatan Padang Jaya.
BACA JUGA:Pilgub, Petahana Lebih Diuntungkan, Muncul Para Penantang Potensial
Namun hasilmya tidak ada sapi masyarakat yang mati dengan ciri yang sama ditemukan di Desa Marga Jaya.
“Sehingga kesimpulan kami sapi tersebut mati karena keracunan,” tegas Abdul Hadi lagi.
Dibagian lain Abdul Hadi meminta masyarakat tidak khawatir mengonsumsi daging sapi asal Bengkulu Utara. Dia meyakinkan daging sapi layak dikonsumsi.
Bengkulu Utara sampai saat ini masih berstatus swasembada daging. Itu tak lepas besarnya populasi ternak sapi, kerbau dan kambing di Bengkulu Utara.