Dorong Potensi EcoTouch Hasilkan Produk Daur Ulang
AUDIENSI: Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menerima audiensi dari EcoTouch, Jakarta. --
JAKARTA, KORANRB.ID - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) mendorong pengembangan produk green building dari daur ulang limbah tekstil, menyikapi tingginya permintaan material ramah lingkungan. Wamen Ekraf menilai produk fesyen, peredam suara, dan insulasi dari EcoTouch sebagai solusi kreatif dan inovatif yang siap bersaing di pasar.
“Pengembangan produk dan pengolahan produk dari limbah tekstil yang digagas EcoTouch mampu menjadi produk desain fesyen, interior, dan arsitektur yang inovatif serta punya nilai sirkular ekonomi,” ucap Wamen Ekraf dalam audiensi dengan EcoTouch yang digelar di Kantor Kementerian Ekraf, Jakarta, Rabu, 5 November 2025.
Wamen Ekraf juga membahas potensi pengembangan produk-produk EcoTouch yang diketahui memiliki target business to business (B2B) yang mendukung cara hidup untuk berkontribusi pada bumi yang lebih sehat bagi generasi mendatang. Meski demikian, tantangan bisnis ini masih terlihat mulai dari penetrasi pasar, persaingan, dan edukasi konsumen tentang nilai material daur ulang.
“Produk-produk EcoTouch sudah punya economic value yang lebih, tinggal seperti apa kita berani support dan mesti diberi edukasi sebagai inovasi produk berkelanjutan yang punya banyak manfaat. Kami juga akan coba membuka koneksi sehingga kolaborasi akan bersambung terus menerus,” ungkap Wamen Ekraf.
Co-founder of EcoTouch, Christina Harjanto yang hadir dalam audiensi tersebut menyampaikan bahwa EcoTouch mengembangkan material peredam suara dari limbah tekstil di bawah naungan PT Superbtex sejak berdiri pada awal tahun 2021. Perusahaan ini berekspansi ke pengelolaan limbah dan pengembangan berbagai produk daur ulang, termasuk insulasi dan kain. EcoTouch juga memanfaatkan teknologi canggih untuk mengurangi panas dan menyerap suara.
BACA JUGA:Industri Manufaktrur Terus Menguat, Lampaui Pertumbuhan Ekonomi
“Produk utama kami sebenarnya peredam bangunan dan ada produk turunannya seperti tas daur ulang atau merchandise. Semua itu sedang growing terutama untuk produk di green building yang demand-nya tinggi sekali. Apalagi kami melihat banyak masyarakat yang sudah aware untuk memilih produk-produk yang baik untuk lingkungan dan kesehatan,” ujar Christina Harjanto.
Christina juga menyampaikan beberapa kolaborasi EcoTouch pernah dilakukan untuk mendukung komitmen perusahaan menciptakan regenerasi lingkungan yang berdampak. Misalnya pembuatan instalasi rumah Honai dari Papua dalam gelaran Indonesia Meubel & Design Expo (IFFINA) 2024, pembuatan instalasi “Stack” saat Kids Biennale 2025, dan showcase product yang mewakili Indonesia dalam World Osaka Expo 2025.
“Kami juga ingin memperkenalkan produk green building yang bahan bakunya sudah diproduksi di Indonesia. Harapannya, makin banyak eksplorasi dari para arsitek untuk memberi input yang lebih masif sehingga bisa membantu pertumbuhan kolaborasi. Terima kasih untuk atensi dan arahan dari Ibu Wamen hari ini,” ucap Christina Harjanto.
Pada audiensi ini, turut mendampingi Wamen Ekraf dalam pertemuan, yaitu Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Yuke Sri Rahayu. Sementara tampak hadir pula co-founder lainnya dari EcoTouch, Heidi Loe.