Realisasi RE 2 Tahun Butuh Rp22 Triliun
TERANGI: Kebutuhan anggaran untuk menyelesaikan rasio elektrifikasi (RE) sebesar 100 persen setidaknya membutuhkan Rp22 triliun. IST/RB--
Seperti dari program-program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE), maupun program dari kementerian lain menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk di remote area.
"Namun, ke depan kita menginginkan supaya lebih sustain dan lebih andal ini kelistrikan di rumah tangga, termasuk di remote area itu, agar dilayani oleh PLN. Karena pelayanan PLN itu akan lebih baik daripada yang swakelola," ujar Jisman.
Selain itu, dengan menikmati jaringan listrik dari PLN, masyarakat yang tidak mampu khususnya yang berada di wilayah timur Indonesia bisa menikmati subsidi listrik yang sama dengan masyarakat lainnya serta menerima haknya sebagai warga negara.
Sementara apabila menggunakan listrik yang berasal dari swakelola atau non-PLN, tidak ada subsidinya.
BACA JUGA:Pikachu Jet GA, Pesawat Garuda Pokemon Mulai Mengudara Februari Mendatang
BACA JUGA:Apindo: Diversifikasi Produk Manufaktur Guna Genjot Ekspor
Adapun, hingga akhir Desember 2023, jumlah rumah tangga belum berlistrik diproyeksikan sebanyak 185.662 rumah tangga.
Sementara sebanyak 140 desa belum dialiri listrik. Dari jumlah tersebut, 12 desa di Provinsi Papua Barat Daya, 9 desa di Papua, 56 desa di Papua Pegunungan, 47 desa di Papua Tengah, dan 16 desa di Papua Selatan.
Jisman juga mengungkapkan, pembangunan infrastruktur Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) pada 2023 menembus 2,5 kali lipat dibandingkan target yang diusung.
Secara kumulatif hingga 2023, realisasi pembangunan infrastruktur KBLBB mencapai 2.704 unit, sedangkan targetnya adalah sebanyak 1.035 unit, gabungan dari stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan stasiun pengisian baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU).
"Target infrastruktur KBLBB kita ada sebanyak 1.035 unit, sedangkan realisasinya lebih dari 2,5 kali, atau secara persentase sebesar 261 persen," ujarnya.
Dalam sebaran infrastruktur KBLBB, Pulau Jawa masih dominan dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Dengan rincian sebagai berikut, Banten (46 SPKLU dan 294 SPBKLU); DKI Jakarta (258 SPKLU dan 555 SPBKLU); Jawa Barat (211 SPKLU dan 367 SPBKLU); Jawa Tengah dan DIY (74 SPKLU dan 72 SPBKLU); Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (179 SPKLU dan 217 SPBKLU).
Sementara itu, untuk di wilayah Sumatra (78 SPKLU dan 199 SPBKLU); Kalimantan (42 SPKLU dan 20 SPBKLU); Sulawesi (34 SPKLU dan 48 SPBKLU); Maluku (6 SPKLU); dan Papua (4 SPKLU).
Sehingga apabila ditotal keseluruhan, SPKLU sebanyak 932 unit dan SPBKLU 1.772 unit.