Apakah Mencium dan Memeluk Istri Bisa Batalkan Puasa? Simak Penjelasannya

Apakah Mencium dan Memeluk Istri Bisa Batalkan Puasa? Simak Penjelasannya--

BACA JUGA:Ini 5 Trik Supaya Tahan Berpuasa, Serta 5 Ide Cari Cuan Selama Bulan Ramadan

Dari 'Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bercumbu dengan dirinya sendiri (bersentuhan) di bulan Ramadhan, sedangkan beliau lebih berilmu dengan Alquran daripada kamu. (HR. Muslim)

Dari dua hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa menyentuh istri di bulan Ramadhan diizinkan asalkan tidak sampai pada tindakan yang dapat membatalkan puasa, seperti berhubungan intim atau ejakulasi.

Namun, dalam hadis pertama, Rasulullah Muhammad SAW menyarankan untuk menahan diri jika menyentuh istri dapat mengarah pada ejakulasi, sebagai bentuk menjaga kesucian puasa.

Penting untuk dipahami bahwa konteks hadis-hadis ini harus dipahami secara utuh dan tidak diambil secara terpisah.

BACA JUGA:Biar Puasa Tidak Lemas Lakukan 6 Hal Ini, Salah Satunya Jangan Banyak Makan Gula

Hadis-hadis tersebut memberikan panduan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan kepatuhan terhadap ajaran Islam.

2. Pendapat yang Melarang

Sebagian ulama mengambil pendekatan yang lebih ketat dengan melarang menyentuh istri sama sekali selama siang hari di bulan Ramadhan.

Mereka berargumen bahwa tindakan tersebut dapat memicu nafsu birahi dan mengganggu konsentrasi pada ibadah, sehingga dianggap merusak nilai ibadah puasa.

Meskipun tidak ada hadis yang secara eksplisit melarang menyentuh istri di bulan Ramadhan, beberapa hadis memberikan indikasi tentang kehati-hatian dalam hal ini. Berikut adalah beberapa hadis yang sering dikutip dalam konteks ini:

BACA JUGA:Suka Melihara Kucing? Begini Hukum dan Manfaat Memelihara Kucing

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan palsu dan perbuatan buruk, Allah tidak memerlukan meninggalkan makanan dan minuman orang yang berpuasa." (HR. Bukhari & Muslim)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan sesat, maka Allah tidak memerlukan dia meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Bukhari)

Dari kedua hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa menjaga perilaku yang baik dan menjauhi segala bentuk kesalahan dan dosa lebih penting daripada hanya menahan diri dari makanan dan minuman saat berpuasa.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan