Praktik Korupsi Bengkulu Tempo Dulu, Pemecatan Pribumi Pertama Ketahuan Korupsi Berujung Tragedi Mount Felix
DOKUMEN : Kekejaman Residen Thomas Parr Terhadap Rakyat Bengkulu--AKUN X/@bantenkicau
KORANRB.ID - Praktik korupsi sudah terjadi di Bengkulu sejak tempo dulu, tepatnya sejak penjajahan Inggris di Bengkulu.
Korupsi yang menggejala di tengah-tengah kehidupan elite Bengkulu saat itu dijelaskan sejarawan Agus Setiyanto dalam bukunya Elite Pribumi Bengkulu: Perspektif Sejarah Abad ke-19.
Disebabkan, "Gaya hidup yang lebih mengutamakan status, sehingga mengarah kepada kehidupan yang boros karena mengeluarkan uang lebih banyak daripada pendapatannya sendiri," tulis Agus.
Di awal abad ke-19, Bengkulu adalah karesidenan berada di bawah kekuasaan Inggris.
BACA JUGA:Jangan Abai Mengganti Oli Sepeda Motor, Jika Tidak Ingin Terjadi 6 Kerusakan Ini
Saat itu pemerintah Inggris di Benggala, India, sebagai pusat kekuasaan tempat Bengkulu menginduk, sudah memberikan perhatian khusus kepada pola pengelolaan keuangan residensi Bengkulu.
Penjajahan Inggris atas Bengkulu mengupayakan penanaman lada dan kopi secara besar-besaran yang melibatkan pemerintah dan pemuka masyarakat setempat untuk mengumpulkan hasil panen lada dari para petani.
Kendati pemerintah kolonial Inggris melakukan pengawasan ketat, dalam praktiknya, terjadi korupsi dan kolusi di antara para amtenar, para pengusaha dan para kepala pribumi.
Praktik penyelewengan keuangan juga merebak di kalangan pegawai pemerintah kolonial Inggris.
BACA JUGA:Ini Tips Jitu Menggunggah Foto atau Video di Status WhatsApp Tidak Pecah
Sistem manajemen Residensi yang tidak efisien tersebut ternyata membawa efek semakin tingginya tingkat korupsi dan kolusi di antara amtenar (pegawai pemerintah kolonial, red) dan kepala pribumi, baik dalam perdagangan maupun dalam peradatan.
Berdasarkan catatan William Marsden dalam bukunya The History of Sumatra, Bengkulu telah dikenal lama sebagai penghasil lada.
Mengutip catatan J. Kathirithamby-Wells dalam A Survey of the Effects of British Influence on Indigenous Authority in Southwest Sumatra (1685-1824).
BACA JUGA:Mulai Tayang, Sinopsis Film Godzilla Vs Kong, Pertarungan Epik Dua Ikon Monster yang Menyerang Kota