Salurkan Pembiayaan Hijau Rp 500 Miliar

Minggu 05 Nov 2023 - 22:54 WIB

KORANRB.ID – Pemerintah memiliki target menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 31,89 persen (tanpa syarat dan tanpa bantuan internasional) atau sebesar 43,2 persen (dengan dukungan internasional). Pembiayaan hijau dinilai berpotensi besar berkontribusi mencapai target berkelanjutan nasional tersebut.

PT Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan kepada PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kayu di Indonesia. Nilai pembiayaan dalam bentuk sustainability linked loans (SLL) itu mencapai Rp 500 miliar.

Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Susana Indah Kris Indriati menjelaskan, skema SLL merupakan instrumen pembiayaan yang memberikan insentif kepada debitur untuk mencapai tujuan kinerja berkelanjutan yang telah ditetapkan. Artinya, melalui pembiayaan tersebut, Bank Mandiri dan DSNG sepakat untuk menetapkan target-target keberlanjutan yang harus dicapai. Misalnya, pengurangan emisi GRK, peningkatan produktivitas, dan penerapan sertifikasi roundtable on sustainable palm oil (RSPO).

BACA JUGA:Penyebar Video Mesum Terancam Pidana 5 Tahun

Selain itu, pembiayaan tersebut dilakukan untuk mendukung belanja modal dan kebutuhan operasional perusahaan. Sekaligus katalis pendukung DSNG untuk meningkatkan budi daya perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan.

”Kami berharap kerja sama ini menjadi penggerak bagi perusahaan-perusahaan lain di sektor perkebunan untuk turut berpartisipasi mengurangi emisi dan pencapaian target berkelanjutan Indonesia. Selaras dengan visi Bank Mandiri untuk menjadi Indonesia’s sustainability champion for a better future,” tutur Indah.

Per September 2023, penyaluran sustainable portfolio Bank Mandiri telah mencapai 25 persen dari total kredit. Khusus untuk green portfolio, nilainya mencapai Rp 122 triliun. ”(Nilai itu, Red) sudah lebih dari 30 persen dari total green portfolio Indonesia,” ungkapnya.

BACA JUGA:Usulkan 15 Ton Bantuan Benih Padi ke Kementan

Dari sisi pasar modal, peluncuran bursa karbon Indonesia oleh pemerintah menimbulkan multiplier effect. Salah satunya, menjadi katalis positif bagi saham emiten energi baru terbarukan (EBT). 

Termasuk emiten perbankan yang memberikan pembiayaan hijau. Nah, perusahaan yang menghasilkan karbon melebihi ambang batas harus membeli kredit karbon ke perusahaan lain yang menghasilkan emisi lebih kecil.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyebutkan bahwa bursa karbon telah mencatatkan volume perdagangan 464.843 ton karbon dioksida ekuivalen (tCO2e). Dengan akumulasi nilai transaksi Rp 29,45 miliar hingga 27 Oktober 2023.(han/c14/fal)

 

Kategori :