KORANRB.ID - Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal tidak akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Sejalan dengan nilai tukar rupiah yang kembali menguat pasca kenaikan BI rate menjadi 6,25 persen pada 24 April 2024 lalu.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, kenaikan BI rate dan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) telah berhasil menarik aliran modal asing ke dalam negeri.
Saat ini pergerakan nilai tukar rupiah cenderung moderat.
Mengutip Jakarta Interbank Spot Dollar Rate per 8 Mei 2024, mata uang Garuda berada di level Rp 16.081 per USD.
BACA JUGA:5 Makanan Terlezat di Dunia, Dua Diantaranya Dari Indonesia
Meskipun demikian, BI juga tetap melihat perkembangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta berbagai indikator lainnya.
“Dengan data saat ini memang tidak ada lagi keperluan menaikkan BI rate,” tuturnya di Jakarta, Kamis 9 Mei 2024.
Menurut Perry, ada empat faktor pendorong penguatan rupiah.
Yaitu, menariknya imbal hasil yield differential, premi risiko yang turun, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik, dan intervensi BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
“Permi risiko yang turun terlihat dari credit default swap (CDS) kredit 5 tahun per 7 Mei 2024 turun menjadi 69,9 sebelumnya di atas 70 indeksnya. CDS yang turun menunjukkan premi risiko yang turun,” jelas alumnus Iowa State University itu.
BACA JUGA:Rencana Pengelolaan Kawasan Danau Dendam Tak Sudah Dipihakketigakan
BI mencatat aliran dana asing yang keluar dari pasar saham dalam negeri mencapai Rp 5,03 triliun pada pekan pertama dan kedua Mei 2024.
Berbanding terbalik dengan aliran dana yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN).
Inflow ke SBN mencapai Rp 8,1 triliun sampai pekan kedua Mei.