Tragedi ini mengguncang hati Zainuddin, yang telah lama berjuang untuk melupakan Hayati.
Namun, meski akhirnya mereka bertemu kembali, nasib berkata lain dan cinta mereka tidak pernah bisa bersatu.
Tema utama dari novel ini adalah cinta dan pengorbanan, serta kritik terhadap adat dan sistem sosial yang kaku.
Buya Hamka mengangkat isu-isu sosial yang relevan pada zamannya, seperti ketidakadilan adat, diskriminasi, dan pentingnya perjuangan individu untuk melawan norma-norma yang tidak adil.
Pesan moral yang disampaikan adalah bahwa cinta sejati tidak selalu berakhir bahagia dan bahwa pengorbanan seringkali diperlukan dalam kehidupan.
BACA JUGA:10 Kriteria Menantu Idaman Menurut Pandangan Dunia, Salah Satunya Pintar Merawat Diri
Selain itu, Buya Hamka juga menegaskan didalam novel ini bahwa pentingnya kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan di atas adat yang kaku.
Dalam menulis novel ini, Buya Hamka menggunakan gaya bahasa yang indah dan puitis, dengan narasi yang kuat dan deskripsi yang mendetail.
Alur cerita disampaikan dengan penuh emosi, membuat pembaca merasakan penderitaan dan kebahagiaan para karakternya.
Dialog-dialog dalam novel ini juga mencerminkan kepiawaian Hamka dalam menggambarkan perasaan dan pemikiran tokoh-tokohnya. (*)