Rasa sakit sering kali memicu respons dari sistem saraf otonom, khususnya respons ‘fight or flight’ atau respon alami yang dilakukan oleh tubuh saat menghadapi bahaya atau ancaman.
Salah satu aspek dari respons ini adalah ketegangan otot yang bisa termasuk otot-otot di sekitar rahang dan mulut. Menggertakkan gigi adalah bagian dari respons ini.
BACA JUGA:Monte Carlo Nahkodai Perbakin Rejang Lebong Periode 2024-2028
BACA JUGA:Seleksi CASN 2024, Pemprov Bengkulu Tunggu Petunjuk Pusat
Menutup atau menggertakkan gigi juga bisa menjadi ekspresi fisik dari emosi yang terkait dengan rasa sakit, seperti frustrasi, marah, atau tegang.
Tindakan fisik ini bisa menjadi cara untuk menyalurkan atau mengekspresikan emosi yang intens yang muncul karena rasa sakit.
Dalam beberapa kasus, menutup gigi saat merasa sakit bisa menjadi kebiasaan yang dipelajari dari pengalaman masa lalu atau pengamatan terhadap orang lain.
Jika seseorang sering kali menutup gigi saat merasakan sakit dan merasa tindakan tersebut membantu, maka mereka mungkin akan terus melakukannya di masa depan.
BACA JUGA:Perkuat Sinergritas Mal Pelayanan Publik dan OPD di Pemkab Lebong
BACA JUGA:Pilkada Mukomuko: Wismen Targetkan Koalisi Besar, Wasri Siap Menjadi Calon Wabup
Menutup gigi juga bisa membantu mengurangi gerakan tubuh yang tidak diinginkan saat merasakan sakit.
Misalnya, saat sedang menjalani prosedur medis atau gigi, menutup gigi bisa membantu menjaga kepala dan rahang tetap stabil.
Dalam situasi di mana rasa sakit sangat intens, seperti saat mengalami cedera mendadak atau serangan migrain, menutup atau menggertakkan gigi bisa menjadi cara cepat untuk mengatasi gelombang rasa sakit yang datang tiba-tiba.
Lalu bagaimana cara untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh ? simak cara ini.
BACA JUGA:Tolak Tapera, PD FSPPP-SPSI Bengkulu Datangi Komisi IV DPRD
BACA JUGA:AKP Angga Jabat Kabag Ops Polres Kepahiang, 3 Jabatan Kapolsek Bergeser