Pengasingan di Makassar berlangsung sampai 1949, ketika akhirnya Indonesia berhasil mencapai kesepakatan dengan Belanda dan Soekarno dapat kembali ke Jakarta.
5 Pengasingan di Jakarta (1949-1950)
Setelah periode pengasingan di Makassar, Soekarno kembali ke Jakarta pada tahun 1949.
Meskipun Jakarta tidak secara resmi merupakan tempat pengasingan dalam pengertian tradisional, Soekarno harus menjalani masa-masa yang sulit akibat ketegangan politik yang masih berlangsung.
Pada periode ini, ia harus menghadapi berbagai tantangan untuk memperkuat posisi republik yang baru berdiri dan menyatukan bangsa yang masih terpecah.
Selama waktu ini, Soekarno tinggal di beberapa tempat di Jakarta, termasuk di Rumah No. 6, Jalan Pegangsaan Timur, yang kemudian menjadi markas perjuangan kemerdekaan dan pusat aktivitas politik.
BACA JUGA:OJK Berperan Penting Menjaga Stabilitas Ekonomi dan Keuangan
BACA JUGA:Batik Persembahan Indonesia Diluncurkan, Sebagai Simbol Kolaborasi
Di sini, Soekarno dan para pemimpin republik lainnya berjuang untuk menegakkan kemerdekaan dan merancang struktur pemerintahan negara yang baru.
6 Rumah Pengasingan di Cipanas, Jawa Barat (1950)
Pada tahun 1950, Soekarno menghadapi ketegangan politik domestik dan situasi yang tidak stabil.
Cipanas di Jawa Barat menjadi salah satu tempat di mana Soekarno menghabiskan waktu untuk beristirahat dan merencanakan langkah-langkah politik berikutnya.
Rumah di Cipanas merupakan salah satu lokasi yang memberikan kesempatan bagi Soekarno untuk beristirahat dari tekanan politik yang terus menerus.
7 Rumah Pengasingan di Bogor (1950-1951)
Setelah periode di Cipanas, Soekarno menghabiskan waktu di Bogor, Jawa Barat. Rumah di Bogor menjadi tempat di mana Soekarno kembali menghadapi ketegangan politik dan berusaha untuk memulihkan stabilitas pemerintah.