Aksi pemukulan dilakukan anak didiknya terhadap wasit Eko, yang memimpin pertandingan. Bukan tanpa alasan, aksi pemukulan kepada wasit sampai KO dipicu beberapa putusan kontroversial selama pertandingan.
BACA JUGA:Menghabiskan Waktunya di Bawah Tanah! Berikut 5 Fakta Unik Katak Hujan Hitam
BACA JUGA:Punya Julukan Fosil Hidup! Berikut 7 Fakta Unik Ikan Aligator, Predator Air Tawar
Aksi memalukan ini sendiri terjadi di menit ke 96, saat skor untuk keunggulan sementara 1-0 buat tim tamu.
Di sini, Wasit Eko kembali melanjutkan putusan kontroversi. Ia menganggap, pemain Aceh bernomor punggung 7 dilanggar oleh pemain Sulteng di dalam kotak pinalti.
Padahal, jika dilihat dari tayangan ulang sangat jelas apa yang dilakukan 2 pemain Sulteng saat mengapit pemain Aceh tersebut. Putusan kontroversial diambil, ia pun menunjuk titik putih sebagai tanda hadiah pinalti buat Aceh.
Di sini, pemain Sulteng bernomor punggung 15 tak tahan lagi dengan kepemimpinan wasit sepanjang laga. Sebuah bogem mentah pun dilayangkan telak mendarat ke wajah wasit Eko. Wasit Eko KO hingga terpaksa dilarikan ke luar stadion menggunakan ambulans.
BACA JUGA:Mengapa Makanan dan Minuman Akan Terasa Lebih Nikmat Jika Keadaan Dingin ? Ini Penjelasanny
BACA JUGA:Punya Suara yang Lembut! Berikut 5 Fakta Unik Burung Merpati Duka
Setelah pertandingan kontroversial itu, tim PON Sulteng memutuskan Walk Out (WO) dan tersingkir di ajang PON Aceh-Sumut 2024. Nama Zulkifli Syukur ikut viral, dengan sederet aksinya yang terekam banyak di platform media sosial.
Berbanding terbalik dengan wasit Eko, publik justru melihat sisi sebaliknya dari sosok Zulkifli. Mulai dari caranya melatih yang dianggap mirip dengan pola melatih seorang Pep Guardiola, sampai jiwa besarnya pasang badan dan meminta maaf atas kesalahan anak asuhnya pascakejadian.
Berikut pernyataan Zulikifli lewat akun media sosial pribadinya, usai kasus wasit Eko dipukul KO di ajang PON Aceh-Sumut 2024:
"Permainan sepakbola bukan hanya tentang kalah dan menang melainkan ada nilai2 sportifitas yang harus kita junjung bersama. Niat saya hanya satu ingin menjadi bagian dalam pengembangan pesepakbola muda kita yang ada di Indonesia. Kasihan kalau mental mereka kita rusak hanya karena sebuah kepentingan.
BACA JUGA:Jangan Salah Pilih, Ini Cara Memilih Buah Pepaya yang Matang
BACA JUGA:Rentan Punah! Berikut 6 Fakta Unik Burung Stitchbird, Endemik Selandia Baru
Dan saya juga tidak bisa membenarkan tindakan yang dilakukan oleh pemain saya, tapi patut kita lihat bagaimana hancurnya mental pemain kami sampai emosi mereka sudah tidak bisa terbendung lagi.