Banyak prestasi Pesirah Ali pada masa kekuasaannya selama 11 tahun menjabat sebagai Pesirah, dimana rakyat tidak kekurangan pangan, kejahatan tidak banyak terjadi.
Pesirah Ali juga banyak berperan dalam penyusunan peraturan adat, memutus perkara secara adil, dalam bidang pendidikan dia mendirikan 7 Sekolah Rakyat (tapi 4 sekolah dibubarkan oleh Belanda), 12 sekolah PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiah) yang terletak di Desa Napal Putih, Muara Santan, Teluk Anggung, Dusun Jabi, Pondok Bakil, Dusun Raja, Talang Baru, Lubuk Mindai, Urai, Pasar Ketahun dan Tanjung Dalam.
"Tapi walaupun Pangeran Ali posisinya diangkat sebagai Pelindung (Beschermheer) PERTI Marga Ketahun oleh Hoofdbestuur (Pengurus Besar) PERTI di Bukit Tinggi yang Voorzitternya dipegang oleh Haji Sirajuddin Abbas bukan berarti dia hanya mementingkan organisasi PERTI, sebab ada juga 2 sekolah Muhammadiyah yang didirikannya yaitu di Desa Napal Putih dan Tanjung Dalam", ujar Ahmad Wali cicit Pangeran Ali dalam wawancara dengan penulis akhir Agustus lalu.
"Dua organisasi besar Islam ini sama-sama membawa semangat kebangsaan yang tujuannya untuk menuju kemerdekaan lepas dari belenggu penjajahan", tambah Dosen Hukum Tata Negara Universitas Bengkulu ini.
BACA JUGA:Inventarisir Aset Daerah Eks Pimpinan Dewan, Selesai Tugas Wajib Dikembalikan
Di Kota Bengkulu sendiri sejak tahun 1928 beberapa Demang, Pangeran dan Pesirah yang berada diwilayah Keresidenan Bengkulu sudah menginisiasi pendirian Vereeniging Semarak Benkoeloe (Yayasan Semarak Bengkulu) yang fokus dibidang pendidikan untuk anak pribumi.
Sampai sekarang Yayasan tersebut tetap eksis salah-satunya membawahi Universitas Hazairin Bengkulu.(lihat: Sejarah Yayasan Semarak Bengkulu, hal : 47-51, Panitia Penyusunan Sejarah Yayasan Semarak Bengkulu, 2016). Hal itu menunjukkan betapa besarnya semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Sebagai jalan menuju Kemerdekaan.
Sebenarnya aktifitas Pangeran Ali yang diam-diam mengobarkan semangat kebangsaan terus dipantau PID (Politieke Inlichtingen Dienst) atau Dinas Intelijen Politik tapi Belanda tak dapat menutup mata bahwa dibawah pemerintahan Pangeran Ali banyak kemajuan di wilayah Marga Ketahun.
Maka Residen Bengkulu melalui besluit nomor 431 tanggal 18 November 1937 memandang layak untuk mengangkat Pesirah Ali sebagai Pangeran Marga Ketahun.
BACA JUGA:Petani Ingin DISUKA Pimpin Kota Bengkulu
Bayi merah yang 41 tahun sebelumnya pernah jatuh ke laut kini menjelma menjadi pemimpin tertinggi sebuah marga besar dan berhak memegang tongkat kepala emas yang semula tongkatnya saat jadi Pesirah hanya berkepala perak.
DIPLOMASI BIR
Tahun 1939 pemerintahan Pangeran Ali mengalami ujian berat karena Marga Suku IX Muara Aman Lebong yang dipimpin Pangeran Zainul Abidin menggugat sebagian wilayah Marga Ketahun khususnya wilayah yang terdapat tambang emas seperti Lebong Tandai dan sekitarnya.
Pangeran Ali segera melakukan rapat darurat di kantor Marga seluruh Depati (Kepala Desa) dan tokoh masyarakat diundang dan diminta pendapatnya.
"Seujung jari kita tak akan mundur, bila perlu perang, orang kita berani menikam Residen Amstel dan Controleur Casten di sungai Bintunan untuk membela kehormatan", ujar Terusin yang bergelar Napal Licin, sekalipun usianya waktu itu belum 25 tahun tapi dia salah satu orang yang tidak mau membungkuk jika bertemu dengan orang Belanda.
Seketika peserta rapat bertepuk tangan, bersorak gembira. (Tentang peristiwa Bintunan ini, baca : Agus Setiyanto, Gerakan Sosial Masyarakat Bengkulu Abad XIX, hal: 97, Penerbit Ombak, 2015).