Gangguan kecemasan seperti generalized anxiety disorder (GAD), post-traumatic stress disorder (PTSD), atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD) sering kali disertai dengan episode panik.
Seseorang dengan gangguan ini mungkin merasa cemas terus-menerus terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya.
c. Pola Pikir Negatif
Pikiran yang berfokus pada kemungkinan terburuk atau yang dikenal sebagai catastrophizing sering menjadi penyebab rasa panik.
Ketika seseorang meyakini bahwa situasi tertentu pasti akan berakhir buruk, tubuh merespons seolah-olah ancaman tersebut nyata.
3. Faktor Situasional
Lingkungan dan situasi tertentu juga dapat memicu rasa panik.
a. Ketakutan atau Fobia
Fobia terhadap sesuatu, seperti ketinggian (akrofobia), ruang sempit (klaustrofobia), atau berbicara di depan umum (glossofobia), dapat memicu serangan panik ketika seseorang dihadapkan dengan situasi tersebut.
b. Tekanan Hidup
Tuntutan pekerjaan, masalah keuangan, atau konflik dalam hubungan dapat menimbulkan tekanan emosional yang memicu rasa panik. Jika seseorang merasa tidak mampu mengendalikan situasi, rasa panik sering kali muncul sebagai respons.
c. Perubahan Mendadak
Perubahan besar yang mendadak dalam hidup, seperti kehilangan pekerjaan, pindah tempat tinggal, atau perpisahan, dapat membuat seseorang merasa tidak stabil dan memicu serangan panik.
4. Pengaruh Zat Tertentu
Konsumsi zat tertentu juga dapat memengaruhi respons tubuh terhadap stres.
a. Kafein dan Alkohol