Danau Dendam Tak Sudah, Kisah Cinta yang Tak Direstui? Ini Ceritanya
BENGKULU, KORANRB.ID - Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) akan menjadi salah satu wisata unggulan di Provinsi Bengkulu. Pasalnya, saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu sedang melakukan pengembangan kawasan tersebut. Dijadwalkan mulai Juni sudah dilakukan penatana oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI.
Nama Danau Dendam Tak Sudah tentu bukan hal yang asing bagi masyarakat Bengkulu. Danau ini menjadi salah satu spot terbaik untuk melihat sunrise karena posisinya menghadap ke Timur. Tak heran bila pagi-pagi buta danau sudah mulai dipadati pengunjung, terlebih saat weekend.
BACA JUGA: Penataan Kawasan Wisata DDTS Dimulai Juli, Bulan Ini Lelang
Danau ini masuk dalam kawasan cagar alam. Luas keseluruhannya mencapsi 559 hektar, dengan luas permukaan 68 hektar. Air danau berwarna hitam, namun aman untuk dikonsumsi.
Saking luasnya, danau ini mencakup empat kecamatan. Yakni, Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Selebar, dan Kecamatan Talang Empat. Tak heran, masyarakat mampu menikmati danau ini dari berbagai sudut. Namun, sudut yang paling banyak diminati oleh para pengunjung adalah sisi yang terletak di samping jalan besar.
BACA JUGA:Pengelolaan DDTS Lebih Efektif Dilakukan Swasta
Sekeliling danau begitu asri ditumbuhi anggrek pensil yang merupakan tumbuhan endemik di DDTS. Selain itu ada pula pohon nipah, pandan air dan teratai. Wajah baru DDTS mungkin akan lebih menawan setelah dilakukan penataan dengan menghabiskan anggaran Rp70 Miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) nantinya.
Selain keindahannya, danau yang terletak di Desa Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu ini memiliki cerita mistis yang juga tak kalah menarik. Ada berbagai versi yang menyampaikan tentang awal mula terbentuknya nama Danau Dendam Tak Sudah.
BACA JUGA:DDTS Miliki Wisata Baru, Pemkot Bakal Lengkapi Fasilitas
Versi Pertama
Beberapa orang menyebutkan, nama Danau Dendam Tak Sudah dilatari kisah di masa lampau. Konon, dahulu kala ada sepasang kekasih yang tidak direstui orang tua. Karena tidak ingin berpisah, keduanya memutuskan bunuh diri dengan loncat ke danau tersebut dan menjelma menjadi lintah penghuni danau. Mereka terus hidup dengan menyimpan rasa dendam lantaran cinta yang tak kesampaian.
BACA JUGA:Elevated DDTS Segera Diresmikan, Ini Tanggalnya
Versi ke Dua
Versi lain menyebut asal-usul nama yang tak biasa itu berawal dari pembangunan DAM saat Pemerintah Kolonial Belanda berkuasa di Bengkulu. Dam dalam bahasa Belanda berarti bendungan.