KEPAHIANG, KORANRB.ID - Sederet temuan arkeolog berupa situs sejarah makam hingga benda kuno di zaman batu baru (megalitium-neolitikum), jadi bukti ada kehidupan di Kabupaten Kepahiang sudah ramai sejak lampau.
Di tanah Kabupaten Kepahiang sudah ada kehidupan ditaksir sekitar 100.000 atau milenium ke 10 sebelum masehi. Di Desa Batu Belarik Kecamatan Bermani Ilir misalnya, ditemukan situs purbakala yang disebut Situs Batu Belarik. Situs purbakala ini sudah ditemukan sejak zaman kolonial Belanda.
Saat ini benda bersejarah itu berada di tengah-tengah sawah warga. Di lokasi ini ditemukan 4 buah batu menhir yang berbentuk formasi empat persegi panjang.
Jarak antara batu satu dengan batu lainnya adalah 6 meter di sisi Utara, 5 meter sisi Timur, sisi Selatan 5 meter dan sisi Barat 4,5 meter. Menurut peneliti, situs ini merupakan peninggalan zaman Megalitikum (zaman batu besar).
Di Kelurahan Keban Agung, Kecamatan Bermani Ilir juga terdapat peninggalan purbakala. Situs prasejarah ini dinamai Situs Batu Keris. Lokasinya terletak di persawahan di dekat Sungai Langkap dan Sungai Kemanis. Di lokasi ini juga pernah ditemukan sebuah menhir yang terbuat dari batu andesit berwarna abu-abu.
BACA JUGA:Umeak Meno'o, Rumah Adat Rejang yang Berusia Lebih dari 100 Tahun
Oleh masyarakat Keban Agung, menhir itu disebut batu keris karena bentuknya mirip gagang keris, sehingga akhirnya situs purba ini dinamai Situs Batu Keris. Untuk diketahui, menhir itu memiliki tinggi 100 cm dan lebar 52 cm. Di sekitar penemuan menhir itu, pernah pula ditemukan batu berpermukaan datar, yang diduga dolmen. Sayangnya, batu itu sudah hilang.
Situs yang diduga dari zaman prasejarah lainnya yakni Prasasti Tapak Kaki Si Jarang Pincang. Situs ini terletak di Desa Air Raman Kecamatan Bermani Ilir. Menurut warga setempat, situs ini belum pernah diteliti, sehingga misteri prasasti ini masih simpang siur dan menjadi misteri.
Tapak kaki yang berada di atas batu ini terlihat jelas dan berukuran sekitar satu meter persegi. Legenda warga setempat, tapa kaki itu adalah bukti atau petunjuk yang sengaja ditinggalkan si Jarang Pincang agar diketahui oleh keturunannya.
Sejauh ini, di Kabupaten Kepahiang terdapat 2 lokasi areal pemakaman zaman batu yang sudah mengundang peneliti arkeologi datang langsung ke lokasi. Yakni:
1. Makam Zaman Batu di Tebat Monok
Terkini, pada 2015 tim Balai Arkeologi Palembang juga telah melakukan penelitian pascatemuan bendaprasejarah oleh warga di Desa Tebat Monok Kecamatan Kepahiang. Pada tambang galian C tersebut, sejumlah benda prasejarah hingga komplek makam atau tempayan kubur ditemukan.
BACA JUGA:Rumah Dinas Gubernur, Saksi Bisu Sejarah Perkembangan Bengkulu
Dalam ulasannya, Kristantina Indriastuti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan mencatat tim menemukan sekitar 5 buah tempayan dengan ukuran yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut di atas terlihat bahwa konsep megalitik mengacu pada hal-hal yang bersifat religi.
Bentuk-bentuk penguburan dengan menggunakan wadah di Indonesia banyak ragamnya. Salah satunya dengan menggunakan tempayan. Tempayan Kubur di Desa Tebat Monok, mempunyai diameter 56 cm, dan tebal tepian sekitar 2 cm, adapun tepian tempayan ada yang mempunyai hiasan berbentuk meander.