dan keagamaan di semester pertama 2024 ini bisa berada pada rentang target nasional 2,5 plus minus 1 persen.
"Kami lihat pola 3 tahun sebelum pandemi dan 4 tahun setelah pandemi pola inflasinya itu mirip,
biasanya H-1 Ramadhan itu harganya tinggi, lalu pada masa Ramadan itu lebih rendah," terangnya.
Dengan pola seperti itu, dilanjutkan Darjana ia berharap di Maret dan April 2023 ini,
angkanya lebih rendah dari inflasi di Februari, dengan intervensi penanganan inflasi sebelum Ramadan.
Selain itu, TPID Provinsi Bengkulu juga mengupayakan pemenuhan produksi bahan pangan dengan menstimulasi dan membina kelompok tani.
BACA JUGA:Safari Ramadan Pemprov Bengkulu di 10 Daerah, Pertama di Kaur, Ini Jadwal Lengkapnya
BACA JUGA:Hindari Serangan Peretas Website, Pemkot Bengkulu Gelar CSIRT
"Sementara pada Februari lalu program pertanian padi yang dibina Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu telah menggelar panen perdana," imbuhnya.
Demonstation plot (demplot) padi berbasis total organik di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Lubuk Pinang Kabupaten Mukomuko yang dibina BI, bahkan mampu menghasilkan gabah 13 ton per hektarenya.
"Setelah dilakukan pengubahan di 2 petak dengan luas masing-masing 625 meter persegi, dihasilkan 8,14 dan 8,12 Kg," ucapnya.
Sehingga, jika dikonversi ke hektare akan dihasilkan sekitar 13 ton per hektare padi, jauh di atas produksi rata-rata padi yang sebesar 5,4 ton per hektare.
Kemudian pada Maret 2024 ini, BI Bengkulu bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu
dan Kelompok Wanita Tani Kerapu Makmur Kota Bengkulu juga menggelar panen gerakan tanam cabai merah.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban permintaan komoditas beras dan cabai merah yang saat ini cukup memengaruhi kondisi inflasi Bengkulu.
"Selain itu, Pemerintah Provinsi Bengkulu intensif berkoodinasi dengan pihak berwenang dan pihak-pihak terkait lainnya terkait kelancaran distribusi bahan pangan volatil.