KSSK: Sistem Keuangan RI Stabil

Sri Mulyani Indrawati--

KORANRB.ID – Di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengumumkan sistem keuangan Indonesia dalam kondisi yang masih terjaga. Hal itu salah satunya disinyalir karena perekonomian nasional masih cukup kuat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, daya tahan stabilitas sistem ketahanan (SSK) pada triwulan III 2023 menjadi pijakan bagi KSSK untuk tetap optimistis. Namun, juga terus mewaspadai berbagai tantangan dan risiko yang sedang dan akan terjadi.

”KSSK terus melakukan penguatan koordinasi dan sinergi serta meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan dari risiko global ke depan terhadap ekonomi dan sektor keuangan domestik,” ujar Sri Mulyani pada konferensi pers KSSK di Gedung BI, Jakarta, akhir pekan lalu.

BACA JUGA:Penyebar Video Mesum Terancam Pidana 5 Tahun

Menurut dia, meningkatnya ketidakpastian global dan melebarnya divergensi pertumbuhan ekonomi antarnegara menjadi salah satu faktor berlanjutnya perlambatan ekonomi global hingga saat ini. 

”Hal itu dapat terlihat dari perekonomian Amerika Serikat yang ditopang konsumsi rumah tangga dan sektor jasa. Namun, di sisi lain ekonomi China (Tiongkok) justru masih melambat, akibat melemahnya konsumsi dan krisis di sektor properti,” tambahnya.

Ani, sapaan karib Sri Mulyani, memperkirakan bahwa inflasi masih bisa dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan akibat sejumlah faktor seperti eskalasi geopolitik, terjadinya fragmentasi ekonomi, dan fenomena El Nino. Sementara untuk mengendalikan inflasi, suku bunga moneter di negara maju, termasuk Fed Funds Rate FFR, diperkirakan masih akan berada pada level yang tinggi untuk jangka waktu yang lama.

BACA JUGA:Cuma 49 Angkot Beroperasi, Pemkot Aktifkan 2 Terminal

Mengenai ekonomi domestik, Menkeu cukup optimistis pertumbuhan ekonomi bisa ditopang konsumsi swasta yang diperkirakan masih tumbuh kuat. Hal itu sejalan dengan keyakinan konsumen yang masih tinggi dan terkendalinya laju inflasi.

”Investasi bangunan dan non-bangunan juga memasuki tren peningkatan seiring dengan progres penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN)," jelasnya.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) siap merespons situasi terkini dunia yang semakin memburuk. Ekonomi global melemah dan tren suku bunga acuan tinggi masih belum berakhir.

BACA JUGA:Aksi Damai Bela Palestina Diikuti Lebih dari 2 Juta Peserta 

”Dengan mencermati dinamika perekonomian global yang berubah sangat cepat, BI terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.

Dia menjelaskan, kebijakan moneter Bank Sentral diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Sementara, kebijakan makro prudential, perkembangan pasar valutas asing, dan ekonomi keuangan inklusif tetap diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Arah bauran itu untuk memitigasi dampak gejolak ekonomi global terhadap kondisi stabilitas dalam negeri, khususnya nilai tukar dan inflasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan