Soal Tindaklanjut Penolakan Kuari oleh Warga Talang Alai Seluma, Polisi Bakal Lakukan Ini

KUARI: Sat Reskrim Polres Seluma memastikan bahwa pengelola kuari akan segera dipanggil untuk klarifikasi, hal ini menindaklanjuti keluhan warga Desa Talang Alai, Kecamatan Air Periukan terkait pengelola kuari. ZULKARNAIN WIJAYA/RB.--

Dikatakannya bahwa aksi tersebut lantaran memang sudah kesepakatan sebagian besar warga desa.

Karena kuari tersebut tidak mendapat izin tetangga, bahkan warga menduga bahwa pihak perusahaan membuat pernyataan palsu dalam izin tetangga.

BACA JUGA:Terlibat Korupsi Rp353 Juta Jembatan Menggiring Jilid II, JPU Kejati hanya Tuntut 21 Bulan Penjara Eks PPK

BACA JUGA:Dua Terdakwa Perkara Korupsi Pengadaan Jas PMD Kaur Belum Didakwa, Ini Penyebabnya

Dari sembilan nama warga yang tercantum, nama yang terkait mengaku tidak menyetujuinya

Lagi pula nama yang tertera juga merupakan nama panggilan, bukan nama lengkap sesuai di kartu tanda penduduk (KTP) sehingga diduga ada rekayasa atau pemalsuan.

"Diduga ada pemalsuan dan dibuat buat, padahal nama warga yang dicatut tidak sepakat adanya aktifitas kuari," ujar Ketua BPD.

Dilanjutkannya, saat ini selain menutup pintu akses masuk menuju kuari, Ketua BPD mengklaim dari total 1400 jiwa di desa tersebut, sebagian besar tidak sepakat adanya aktifitas kuari meskipun baru sebatas lisan. 

Sedangkan secara tulisan, warga juga telah membuat pernyataan sepakat untuk menolak adanya eksploitasi kuari di desa mereka

Tercatat sudah ada sekitar 300 warga yang menandatanganinya, termasuk juga sembilan orang warga yang namanya dicatut dalam izin tetangga.

"Sebagian besar tidak sepakat, dari awal pembahasan juga kami sudah tidak setuju ada eksploitasi di desa kami, ini sudah harga mati," ujar Ketua BPD.

Diceritakan Ketua BPD, puncak keresahan masyarakat terjadi karena belum ada kesepakatan dan penyelesaian secara hukum, namun kuari tersebut sudah mencoba menjual bebatuannya keluar.

Meskipun hanya sekali dua kali menjual, namun warga keberatan. 

Sebelumnya pada dua bulan yang lalu warga juga sudah menutup akses masuk menuju kuari, namun karena bahan yang menutupnya berjenis non permanen (Kayu dan Bambu). 

Maka mudah saja dibongkar. Namun kali ini warga tidak ingin kecolongan, maka dari itu kompak warga menutup akses masuk dengan cara membuat portal dari semen, drum bekas dan bebatuan sehingga yang bisa melewati portal tersebut paling besar mobil jenis minibus.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan