Konflik Buaya dengan Warga di Sungai Selagan Raya Mukomuko, 2 Tahun 2 Nyawa Melayang
RAMAI: Warga mendatangi rumah korban Ide (26) warga desa Tanah Harapan yang meninggal diterkam buaya, Senin, 15 April 2024. FIRMANSYAH/RB--
Namun berkaitan adanya isu demo saya belum dengar,” kata Robi warga Tanah Harapan yang juga menggantungkan hidup dari Sungai Selagan Raya.
Robi juga menceritakan, tidak sedikit warga yang menggantungkan hidupnya disungai Selagan Raya ini, baik mencari ikan dan juga lokan.
BACA JUGA:Siapkan Rp4 Miliar untuk Sarpras Rumah Adat dan Gedung MPP Mukomuko
BACA JUGA:Klaim Penerbitan KTP Elektronik Tanpa Kendala, Dukcapil Mukomuko Optimis Capai Target Nasional
Warga pun juga tahu kalau di sungai ini banyak buaya, namun bagaimana lagi karena ini berkaitan dengan pendapatan yang harus dicari.
Maka dari itu warga berharap buaya ini dapat segera direlokasi seluruhnya.
Sebab jika terjadi konflik tentu warga kembali yang akan dirugikan cacat atau kehilangan nyawa, berurusan dengan hukum jika harus menghabisi predator yang dilindungi tersebut.
“Kami berharap buaya yang ada dapat segera direlokasi agar kami tidak lagi khawatir untuk beraktivitas di sungai demi memenuhi kebutuhan hidup,” harapnya.
Terpisah Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Dapil Mukomuko, Ir. Muharamin meminta instansi terkait dalam hal ini BKSDA Bengkulu segera mengambil peran jangan terkesan terjadi pembiaraan atas konflik antara buaya dan manusia yang bukan kali ini saja terjadi.
“Sebagai wakil masyarakat Mukomuko, saya minta BKSDA Bengkulu segera turun melakukan langkah konkrit atas konflik ini, sehingga tidak ada keraguan dimasyarakat bawasanya BKSDA Bengkulu hanya menutup mata menyikapi kejadian ini,” tegasnya.
Sungai Selagan Raya ini sejak dahulu menjadi tempat mencari rejeki untuk penghidupan, mulai dari mencari ikan dan mencari lokan.
Jika aktivitas tersebut yang harus berhenti dan membiarkan sungai ini menjadi Habitat buaya berkembang biak tanpa ada penanganan secara intensif tentu akan jatuh korban kembali.
“Ini yang menjadi catatan bagi BKSDA Bengkulu harus segera memberikan langkah konkrit karena sungai tersebut sumber penghidupan bagi warga kami,” terangnya.
Jika memang BKSDA Bengkulu mengalami keterbatasan anggara dalam melakukan penanganan konflik yang memakan korban jiwa ini, segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah, agar dapat memecahkan solusi bersama apa yang menjadi kendala.
“Kami anggota DPRD Provinsi Bengkulu siap mendampingi BKSDA Bengkulu jika dalam proses penanganan konflik hewan buas ini mengalami kendala pembiayaan,” katannya.