Tradisi Meruncingkan Gigi pada Wanita Suku Mentawai, Simbol Cantik, Dewasa dan Leluhur

Reporter: Hendri Saputra |

Editor: Fazlul Rahman |

Minggu , 07 Dec 2025 - 16:08

Foto:Ig/Ezytravel--

KORANRB.ID - Di tengah modernisasi yang terus bergerak cepat, Suku Mentawai di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, masih mempertahankan sejumlah tradisi yang sarat makna.

Salah satu yang paling ikonik dan unik adalah tradisi meruncingkan gigi, khususnya bagi para perempuan.

Praktik ini bukan sekadar estetika, tetapi merupakan simbol identitas budaya yang telah dipertahankan turun-temurun.

1. Makna Kecantikan dalam Tradisi Mentawai

Bagi masyarakat Mentawai, seorang perempuan dianggap cantik apabila ia memiliki:

- Kulit yang dihias tato alami (titi).

- Tubuh yang wangi dari minyak kelapa dan dedaunan.

- Gigi yang diruncingkan layaknya taring halus.

Meruncingkan gigi dipandang sebagai tanda kesucian, daya tarik, dan kedewasaan.

Gigi runcing diyakini memberikan aura spiritual dan meningkatkan energi kehidupan seseorang.

2. Proses Meruncingkan Gigi: Sakral, Namun Tidak Sembarangan

Proses meruncingkan gigi dilakukan oleh sikerei (dukun atau pemuka adat Mentawai) yang memahami cara dan tahapan ritualnya. Prosesnya meliputi:

a. Persiapan Ritual

tradisi meruncingkan gigi pada wanita suku mentawai, simbol cantik, dewasa dan leluhur                            koranrb.id - di tengah modernisasi yang terus bergerak cepat, suku mentawai di kepulauan mentawai, sumatera barat, masih mempertahankan sejumlah tradisi yang sarat makna. 
salah satu yang paling ikonik dan unik adalah tradisi meruncingkan gigi, khususnya bagi para perempuan. 
praktik ini bukan sekadar estetika, tetapi merupakan simbol identitas budaya yang telah dipertahankan turun-temurun.
1. makna kecantikan dalam tradisi mentawai
bagi masyarakat mentawai, seorang perempuan dianggap cantik apabila ia memiliki:
- kulit yang dihias tato alami (titi).
- tubuh yang wangi dari minyak kelapa dan dedaunan.
- gigi yang diruncingkan layaknya taring halus.
baca juga:fakta unik kudanil, hewan imut yang menyimpan fakta paling mengejutkan di alam liar
meruncingkan gigi dipandang sebagai tanda kesucian, daya tarik, dan kedewasaan. 
gigi runcing diyakini memberikan aura spiritual dan meningkatkan energi kehidupan seseorang.
2. proses meruncingkan gigi: sakral, namun tidak sembarangan
proses meruncingkan gigi dilakukan oleh sikerei (dukun atau pemuka adat mentawai) yang memahami cara dan tahapan ritualnya. prosesnya meliputi:
a. persiapan ritual
sebelum tindakan dilakukan, keluarga mengadakan upacara kecil untuk memohon perlindungan roh leluhur. 
persembahan ayam atau sirih pinang sering disiapkan untuk menolak bala.
b. proses pengikisan
gigi bagian atas, khususnya gigi seri, dikikir dengan alat tradisional seperti:
- pisau kecil.
- batu asah.
- kayu penahan rahang.
wanita yang menjalani proses ini biasanya menahan rasa sakit tanpa anestesi menunjukkan ketangguhan dan keteguhan hati.
c. hasil akhir
gigi dibuat meruncing simetris hingga membentuk pola khas yang dianggap memperindah senyuman seorang perempuan mentawai.
baca juga:omed-omedan, ritual pelukan dan tolak bala yang sakral dari bali
3. simbol kedewasaan dan kesiapan menikah
dalam budaya mentawai, wanita yang telah meruncingkan gigi dianggap telah:
- siap memasuki tahap kehidupan baru.
- siap membangun keluarga.
- diakui sebagai perempuan dewasa secara adat.
sebaliknya, wanita yang tidak meruncingkan giginya sering dianggap belum sepenuhnya “jadi perempuan” menurut standar adat tradisional, meskipun hal ini mulai berubah pada generasi modern.
4. hubungan dengan kepercayaan arat sabulungan
tradisi ini berkaitan erat dengan sistem kepercayaan tradisional mentawai, arat sabulungan, yang memandang tubuh manusia sebagai rumah bagi roh. 
meruncingkan gigi dipercaya membuat:
- roh lebih senang tinggal di tubuh seseorang.
- daya hidup (kina mbagat) meningkat.
- pemilik tubuh lebih seimbang secara spiritual.
dengan demikian, praktik ini bukan sekadar estetika, tetapi ritual spiritual yang menyangkut hubungan manusia dengan alam, roh, dan leluhur.
5. tantangan modernisasi: bertahan di tengah perubahan
pada era modern, tradisi meruncingkan gigi semakin jarang dilakukan karena:
- pengaruh agama dan pendidikan.
- pandangan kesehatan gigi modern.
- generasi muda yang lebih memilih gaya hidup praktis.
namun, beberapa perempuan mentawai yang hidup di pedalaman masih bangga mempertahankan tradisi ini sebagai **identitas dan jati diri budaya.
pemerhati budaya menilai bahwa mempertahankan tradisi ini tidak berarti menolak modernitas, tetapi menjaga kekayaan warisan leluhur yang unik dan tidak dimiliki daerah lain.
tradisi meruncingkan gigi pada wanita suku mentawai merupakan warisan budaya yang penuh makna melambangkan, kecantikan, kedewasaan, spiritualitas dan identitas adat.
meski kini tidak lagi sepopuler zaman dahulu, tradisi ini tetap menjadi bagian penting dari cerita besar masyarakat mentawai, simbol kekuatan perempuan dan penghormatan terhadap leluhur.

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Rakyat Bengkulu, Senin 8 Desember 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan