"Ternyata lambat dievakuasi oleh armada perusahaan dari Masyariq selama berjam-jam dengan alasan karena terjebak kemacetan hebat," jelas dia.
Mustolih mengatakan, Mudzalifah adalah lapangan luas tanpa ada tenda. Ketika ada keterlambatan bus, mereka terpanggang di bawah sinar matahari.
Selain itu, tidak ada suplay air dan makanan yang mencukupi. Sehingga terpaksa ada yang bertahan dengan mengandalkan bekal seadanya.
Bahkan sampai harus mengais air minum bekas. Banyak yang tidak kuat karena suhu yang begitu panas terutama para lansia.
"Ada yang pingsan, ada pula yang meninggal dunia," katanya.
Dia mengakui, peristiwa Mudzalifah itu memang bukan sepenuhnya tanggungjawab pemerintah Indonesia.
Karena bus penjemputan disiapkan oleh Masyariq.
Meskipun begitu dia mengatakan, atas tragedi 2023 tersebut pemerintah harus tegas terhadap perusahaan penyedia layanan transportasi.
Sementara itu Kemenag juga tidak ingin kasus jemaah terlantar di masa Masyair tahun lalu terulang kembali.
Seperti diketahui tahun lalu sekian banyak jemaah terlambat dijemput bus, saat berada di Mudzalifah. Pemicunya bus penjemput terjebak kemacetan.
Untuk mencegah kejadian serupa tidak terulang, perwakilan Kemenag di Saudi mengumpulkan tim atau petugas dari Masyariq.
Untuk diketahui Masyariq itu adalah perusahaan yang bertanggung jawab melayani jemaah pada masa Masyair di Arafah, Mudzalifah, dan Mina.
Pertemuan tersebut diwadahi dalam kegiatan bimbingan teknis (bimtek) membahas mitigasi masalah haji.
Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam mengatakan bimtek tersebut baru pertama kali ini dilaksanakan.
’’Tahun-tahun sebelumnya hanya sebatas perkenalan,’’ tuturnya. Sedangkan kali ini lebih detail.
Termasuk membahas mengenai mitigasi risiko persoalan layanan di masa Masyair serta solusinya.