Di beberapa wilayah, akses dan pemahaman mengenai kontrasepsi dan program keluarga berencana bisa jadi masih terbatas.
Di daerah dengan kondisi ekonomi yang lebih rendah, keluarga mungkin memiliki lebih banyak anak sebagai bentuk dukungan sosial dan ekonomi di masa depan, serta karena kurangnya akses ke layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai.
Ketersediaan dan kualitas layanan kesehatan, termasuk layanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, dapat mempengaruhi angka kelahiran.
Di beberapa area di Jawa Timur, akses ke layanan tersebut mungkin tidak merata.
4 . DKI Jakarta
Berdasarkan data dari 1 Januari hingga 30 Juni 2024, angka kelahiran di Provinsi Jakarta mencapai 41.157 jiwa.
Jakarta, sebagai ibu kota dan pusat ekonomi Indonesia, sebenarnya tidak termasuk dalam daftar provinsi dengan angka kelahiran tertinggi jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Namun, jika kita mempertimbangkan fenomena angka kelahiran di Jakarta, beberapa faktor bisa mempengaruhinya.
Jakarta memiliki populasi yang sangat padat dan merupakan tujuan utama migrasi dari berbagai daerah di Indonesia.
Ini bisa menyebabkan peningkatan angka kelahiran absolut karena jumlah penduduk yang besar.
Jakarta memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan dan pendidikan dibandingkan banyak daerah lain, yang dapat mempengaruhi keputusan tentang ukuran keluarga.
Namun, dengan biaya hidup yang tinggi, beberapa pasangan mungkin memilih untuk memiliki keluarga yang lebih kecil.
Gaya hidup urban dan tingkat pendidikan yang tinggi di Jakarta sering dikaitkan dengan angka kelahiran yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang lebih rural.
Masyarakat urban sering memiliki akses yang lebih baik ke kontrasepsi dan informasi keluarga berencana.
5 . Banten
Berdasarkan data dari 1 Januari hingga 30 Juni 2024, angka kelahiran di Provinsi Banten mencapai 36.819 jiwa.