BACA JUGA:Perhatian! Makan Buah Ini Bisa Bikin Awet Muda
Edukasi politik yang kurang memadai baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat turut memperburuk situasi ini.
2. *Masyarakat Perkotaan*
Masyarakat perkotaan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, juga rentan untuk golput. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- *Individualisme yang Tinggi*: Masyarakat perkotaan cenderung lebih sibuk dengan urusan pribadi atau pekerjaan, sehingga kurang memedulikan urusan politik.
Mereka lebih fokus pada kehidupan sehari-hari yang dinamis dan kompleks, dibandingkan dengan mengikuti perkembangan politik atau menggunakan hak pilih.
BACA JUGA:37 Desa di Bengkulu Tengah Belum Cairkan Dana Desa Tahap II
- *Rasa Apatis Terhadap Pemerintah*: Banyak warga kota yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah, terutama dalam hal pelayanan publik, pengelolaan infrastruktur, serta penanganan masalah sosial dan ekonomi.
Kekecewaan ini menyebabkan mereka merasa bahwa siapapun yang terpilih nantinya tidak akan memberikan perbaikan yang signifikan, sehingga memutuskan untuk tidak memilih.
- *Mobilitas yang Tinggi*: Warga perkotaan sering kali memiliki mobilitas yang tinggi, baik dalam hal perpindahan tempat tinggal maupun pekerjaan.
Ketika hari pemungutan suara tiba, sebagian besar dari mereka mungkin berada di luar kota atau tempat tinggal mereka yang terdaftar, sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam pemilu.
BACA JUGA:Berikut Tingkat Kemiskinan di Indonesia Berdasarkan Pulau
3. *Kelompok Miskin*
Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan juga kerap menjadi kelompok yang rentan golput.
Alasan mereka untuk tidak memilih bervariasi, namun beberapa faktor utamanya antara lain:
- *Kebutuhan Ekonomi yang Mendesak*: Bagi sebagian orang, hari pemungutan suara adalah hari di mana mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.