Dimana, tradisi ini terus berlanjut dan menjadi bagian integral dari perayaan Natal di berbagai belahan dunia.
BACA JUGA:Perkembangan Kapal Laut Sejak Zaman Pra Sejarah Hingga Modern, Semakin Ramah Lingkungan dan Efektif
2. Pohon Natal mempunyai banyak pemaknaan
Dikutip dari laman History, orang-orang Eropa yang hidup di zaman kuno mempercayai bahwa matahari merupakan dewa dan saat memasuki musim dingin, sang dewa menjadi sakit dan melemah.
Maka dari situlah adanya perayaan Natal di penghujung tahun, hal ini sebagai pengingat kalau sang dewa akan kembali sehat dan mengembalikan tumbuhan hijau pada saat musim semi.
Hal ini sedikit mirip dengan yang terjadi di Mesir kuno.
Hal ini dipercaya pada saat masuk pergantian tahun, dewa Ra yang memiliki kepala elang akan sembuh dari sakitnya.
BACA JUGA:Dihuni Sejak Zaman Prasejarah, Berikut Fakta Kota Bandung dan Perkembangannya
Demi merayakan hal tersebut, maka orang-orang Mesir pada masa itu menghias rumahnya dengan daun palka hijau.
3. Pohon Natal dipercaya datang dari Jerman
Dikutip dari laman History, menghias rumah dengan tumbuhan hijau, khususnya pohon Natal, memiliki akar tradisi yang dalam.
Hal tersebut dipopulerkan oleh orang Jerman pada abad ke-16, di mana mereka membawa pohon yang telah didekorasi ke rumah untuk merayakan Natal.
Dimana, tradisi ini tidak hanya menjadi simbol perayaan, namun juga mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan keyakinan spiritual.
BACA JUGA:Sejarah Permainan Catur Hingga Jadi Olahraga yang Sangat Populer!
Cerita tentang Boniface yang menebang pohon ek untuk menghentikan ritual pagan adalah salah satu contoh menarik bagaimana tradisi Kristen berinteraksi dengan kepercayaan lokal.
Dengan menggantikan pohon ek dengan pohon cemara, Boniface tidak hanya menghentikan praktik yang dianggapnya salah, namun juga memberikan simbol baru yang dapat diterima dalam konteks Kristen.