BACA JUGA:Seekor Gajah Seblat Ditemukan Mati di HPT Air Ipuh
Kedua, berasal dari nama buah.
Asumsi kedua penamaan Kepahiang, kerap dikaitkan dengan nama buah kepayang. Buah Kepayang atau kluwek memang tumbuh di Kabupaten Kepahiang. Jika menyantapnya sembarangan bisa bahaya. Bentuk buahnya berwarna hitam, terbungkus batok kecil warna abu-abu.
Di Jawa orang biasanya menyebut buah ini dengan kluwek, di wilayah Sunda dikenal dengan sebutan picung. Kepahiang, kluwek atau picung lebih dikenal sebagai bumbu masak. Buah ini bisa membuat masakan berwarna hitam. Kluwek atau kepayang biasa digunakan untuk membuat rawon, konro dan lainnya.
BACA JUGA:Penyakit Ini Menjadi Asal Usul Nama Bintuhan Ibukota Kabupaten Kaur
Buah Kepayang perlu pengolahan agar bisa disantap. Bila dimakan mentah-mentah, maka pemakannya dipastikan akan mabuk berat alias teler. Bijinya, sangat beracun karena mengandung asam sianida. Konon, buah kepayang biasa digunakan saat zaman lampau sebagai racun anak panah.
Untuk menghilangkan racunnya, biji kepayang harus direndam dan direbus terlebih dahulu. Nah jika ada yang memakan buah ini dan teler maka akan disebut mabuk kepahiang. Mabuk kepahiang ini konon sangat kuat dan sulit disembuhkan.
BACA JUGA:Pernah 2 Abad Dijajah Belanda, Ternyata Ini Asal Muasal Nama “Curup”, Ibukota Rejang Lebong
Makin ke sini, istilah mabuk kepayang lekat dengan nama Kabupaten Kepahiang semakin akrab, merujuk pada penyebutan seseorang yang dalam kondisi mabuk perjalanan darat saat akan atau menuju Kabupaten Kepahiang. Ya, dari Kota Bengkulu atau sebaliknya untuk mencapai Kabupaten Kepahiang, seorang pengendara harus melintasi jalur lintas pegunungan yang dikenal dengan sebutan liku sembilan.
Istilah liku sembilan sendiri merujuk kepada banyaknya liku atau tikungan di lokasi, yang sebenarnya lebih dari 9 tikungan. Mabuk darat saat melintas di liku sembilan inipula, belakangan kerap juga disebut dengan istilah mabuk kepayang yang merujuk pada penyebutan nama Kabuten Kepahiang. Malah, pedangdut Via Vallen saat show di Kabupaten Kepahiang sempat mengungkapkan mengalami mabuk Kepahiang saat melintasi jalur liku sembilan.
Namun, untuk alasan kedua ini Emong kurang sependapat. Karena menurutnya, buah Kepayang bukanlah tanaman endemik Kabupaten Kepahiang. Karena ini pula ia menilai penyebutan nama Kepahiang diambil dari nama buah, dianggap tak memiliki alasan yang kuat.
Ketiga, pendapat berasal dari 2 suku kata.
Asumsi lainnya nama Kepahiang berasal dari penyebutan 2 suku kata yang masing-masing memiliki makna. Yakni, Kepa dan hyang. Kepa berarti kapal dan hyang adalah dewa. Nama Kapal merujuk kepada aliran sungai musi yang melintasi sepanjang wilayah Kepahiang, juga layak dipertanyakan. Sebab, Sungai Musi di Kepahiang tak memungkinkan dilintasi sebuah kapal berbadan besar.
BACA JUGA:Dua Versi Asal Usul Nama Mukomuko yang Ternyata Punya Kesamaan
Sedangkan pendapat lain menyebutkan kata Kepahiang berasal dari 2 suku kata, Kepah dan hyang yang menyebutkan kepah sebagai kursi dan hyang adalah dewa. Jadi, Kepahiang versi ini dimaksudkan sebagai kursi dewa.
Nah, dari 3 alasan di atas memang masih diperlukan pembuktian ilmiah lebih lanjutan untuk memastikan darimana asal mula nama Kepahiang ada.