Namun, setelah Curup jatuh ke tangan Belanda pada bulan Februari 1949, Gubernur M. Isa mengungsi ke Muara Aman. Sementara itu, A.K. Gani memindahkan markas Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke Muara Aman, kemudian dipindahkan lagi ke Lebong Tandai.
Setelah berakhirnya Agresi Militer II pada bulan Juli 1949, M. Isa dan A.K. Gani kembali ke Kota Curup. Pada awal Agustus 1949, pemerintahan secara bertahap kembali ke Palembang.
Jadi Pusat Pemerintahan 3 Kota
Curup adalah ibukota Kabupaten Rejang Lebong yang terdiri dari empat kecamatan besar, yaitu Kecamatan Lebong, Kecamatan Kepahiang, Kecamatan Padang Ulak Tanding, dan Kecamatan Curup.
BACA JUGA:Waspada Longsor di Jalan Lintas Curup – Lubuk Linggau
Pada tahun 1956, status Curup sebagai ibu kota Daerah Tingkat II Kabupaten Rejang Lebong ditetapkan melalui Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956, menggantikan Kepahiang.
Sebelum tahun 2003, kota-kota utama Rejang Lebong meliputi Curup, Kepahiang, dan Muara Aman. Namun, setelah terjadinya pemekaran Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Lebong, kota utama Rejang Lebong saat ini hanya Kota Curup.
Gunung Api Jadi Destinasi Wisata
Gunung Kaba, yang memiliki ketinggian 1938 meter diatas permukaan laut (mdpl), merupakan salah satu puncak tertinggi di Kabupaten Rejang Lebong. Gunung ini terletak di jalur api Sumatera dan masih dianggap sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di pulau Sumatera.
BACA JUGA:Nama Ibukota Bengkulu Tengah Berasal dari Sebuah Batu, Begini Ceritanya
Letusan pada bulan November 1833 merupakan catatan letusan pertama dalam sejarah modern Gunung Kaba. Pada sekitar tahun 1913, para ahli survei dan militer Belanda memulai kegiatan eksplorasi dengan melakukan pendakian pertama ke puncak gunung untuk kepentingan ilmiah.
Pendakian ini sukses mencapai kaldera yang kemudian dinamakan Kawah Vogelsang. Pada tanggal 26 Maret 1952, terjadi letusan sangat kuat yang mengakibatkan kerusakan pada Kawah Vogelsang tersebut, yang kini dikenal sebagai Kawah Mati.
Indikasi keaktifan terakhir yang tercatat terjadi pada tahun 2009, dengan peningkatan aktivitas gempa bumi. Sebagai langkah antisipasi dan untuk memantau perilaku gunung tersebut, Pos Pengamatan Gunung Api Kaba telah dibangun di kaki gunung.
BACA JUGA:Nama Ibukota Bengkulu Tengah Berasal dari Sebuah Batu, Begini Ceritanya
Meskipun Gunung Kaba tetap aktif, minat orang untuk mendaki ke puncaknya tetap tinggi. Gunung ini menjadi destinasi pendakian pendek yang populer, dan tidak mengherankan jika selalu ramai dengan para pencinta alam, keluarga, atau mereka yang sekadar ingin melakukan hiking atau berkemah di puncaknya.
Di puncak Gunung Kaba, tradisi penyelenggaraan upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus juga tetap dilakukan oleh para pendaki.