Industri Mamin Investasi Sistem Otomasi Monitoring Energi

Kamis 01 Feb 2024 - 00:05 WIB
Reporter : Bella Wilianti
Editor : Sumarlin

KORANRB.ID - Sebagai sektor turunan agro, industri makanan dan minuman (mamin) masih belum mampu bebas dari ketergantungan impor bahan baku.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian mendorong pelaku usaha meningkatkan efisiensi dan penggunaan teknologi.

Selain menekan cost, harapannya mampu menyubtitusi kebutuhan bahan baku impor. 

Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika membeberkan, ketergantungan impor bahan baku mamin masih 60 sampai 65 persen. Kebutuhan tidak hanya berlaku untuk industri besar, tetapi juga UMKM. 

”Yang kita impor itu utamanya susu, gula kita butuh banyak, dan bahan baku tepung,” ujarnya di sela media tour Schneider Electric Indonesia dan PT Niramas Utama (Inaco) dalam rangka peresmian "Go Live" Sistem Otomasi Monitoring Energi Menuju Green Industry di Bekasi, Rabu 31 Januari 2024.

Putu mencontohkan, produk susu mencapai 78 persen impor dan 22 persen dari lokal.

BACA JUGA:Catat! Kuota Formasi CASN 500, Akomodir Guru SD

Padahal, ada perusahaan yang dapat menganggarkan  belanja susu mencapai Rp 1,6 triliun.

Untuk gula, kebutuhan konsumsi mencapai 7 juta ton. Padahal, produksi dalam negeri sekitar 2,25 juta ton. 

”Juga untuk industri kakao. Kita impor lebih dari 50 persen. Padahal kalau dari resource kita terbesar ketiga di dunia,” bebernya. 

Menurut Putu, banyak hal yang harus disikapi soal bahan baku impor.

Utamanya dari sisi manufacturing production agar supply chain bahan baku dapat terbentuk.

Misalnya, peningkatan digitalisasi pada lini produksi. 

BACA JUGA:Program Bangga Kencana 2023 Dievaluasi, Tahun 2024 Dioptimalisasi

Pada sektor susu, digitalisasi berhasil membuat produktivitas meningkat berlipat dari sisi kuantitas dan kualitas.

Kategori :